REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar orang di Inggris mengakui tidak mencuci tangan setelah batuk, meskipun pandemi sedang berlangsung. Penelitian juga mengungkapkan sekitar 16 persen orang dewasa bersin dengan menutupi mulut mereka, tetapi tidak melakukan sanitasi tangan setelahnya.
Studi terhadap 2.000 orang menemukan sepertiga mengakui peningkatan kasus Covid-19 tidak ada hubungannya dengan seberapa penting mereka berpikir untuk mencuci tangan secara teratur. Faktanya, sementara rata-rata orang menghabiskan 19 detik untuk menyabuni tangan mereka pada Juli, setelah gelombang pertama virus corona, kini tren itu turun menjadi hanya 16 detik.
Namun, orang dewasa masih rajin masih mencuci dan membersihkan tangannya delapan kali sehari, sama seperti selama kebijakan karantina wilayah pertama kali. Studi yang dilakukan penyedia layanan kebersihan Citron Hygiene itu juga menemukan bahwa 43 persen orang dewasa yang menggunakan kamar kecil 'jauh dari rumah' telah memengaruhi keputusan mereka kembali ke toko, restoran, atau bar.
Lebih dari separuh data persentase itu menganggap ruang publik sekarang lebih bersih daripada enam bulan lalu. Pembersih tangan di pintu keluar dan sensor gerak untuk menjaga agar tangan bebas adalah beberapa hal teratas yang membantu orang merasa lebih nyaman saat menggunakan kamar kecil umum.
Memasang sistem pembersih udara untuk menghilangkan bakteri di udara dan menggunakan alat untuk membuka pintu juga masih merupakan pilihan populer. Wakil presiden eksekutif, internasional di Citron Hygiene, Robert Guice mengatakan banyak hal yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
“Kebersihan kita dan cara kita melawan kuman masih sama pentingnya seperti saat kita baru keluar dari karantina wilayah pertama,” kata Guice dilansir The Sun, Senin (30/11).
Studi tersebut juga menemukan bahwa 55 persen orang dewasa mengaku merasakan hal yang sama tentang mencuci atau membersihkan tangan sekarang, seperti yang mereka lakukan pada awal pandemi. Namun, sekitar 28 persen sekarang menjadi lebih santai karena mereka belum terinfeksi virus.
Di lain sisi, sekitar 45 persen lebih peduli tentang kebersihan yang baik dalam upaya menghindari karantina wilayah lebih lanjut atau lama. Menurut studi yang dilakukan melalui OnePoll, sekitar dua per tiga orang percaya alasan peningkatan kasus virus corona adalah karena orang menjadi lebih santai dengan kebersihan dan jarak sosialnya.
Lebih dari setengah (53 persen), bahkan berencana lebih sering tinggal di rumah selama bulan-bulan pada musim dingin, terlepas dari apakah pembatasan wilayah di daerahnya dilonggarkan atau tidak. Kemudian, empat dari 10 kemungkinan kecil untuk menggunakan transportasi umum di masa depan, dibandingkan dengan 56 persen yang mengatakan hal yang sama pada Juli, menunjukkan adanya peningkatan kepercayaan pada langkah-langkah yang diterapkan.
Mengingat aturan karantina wilayah yang selalu berubah, 47 persen mengubah kebiasaan belanja mereka di masa depan untuk mencegah tertular atau menyebarkan virus. Guice menganggap sangat menarik bahwa banyak orang masih memiliki pola pikir yang sama, tetapi mengkhawatirkan melihat beberapa orang telah melonggarkan praktik kebersihan mereka atau pengamatan terhadap aturan jarak sosial saat kita memasuki bulan ke-10 pandemi.
“Kami pasti akan melihat perubahan cara orang menjalani kehidupan sehari-hari mulai sekarang,” ujar Guice.
Menurut Guice, data itu merupakan pengingat bahwa hal-hal sederhana, seperti mencuci atau membersihkan tangan sangatlah penting. Tidak hanya untuk kesehatan kita sendiri, tetapi juga untuk orang-orang di sekitar kita.