Wednesday, 4 Jumadil Awwal 1446 / 06 November 2024

Wednesday, 4 Jumadil Awwal 1446 / 06 November 2024

Ketua MPR: Negara tidak Boleh Kalah oleh Teroris

Selasa 01 Dec 2020 16:47 WIB

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Gita Amanda

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengecam kasus teror yang terjadi di Desa Lemban Tongoa, Sigi, Sulawesi Tengah.

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengecam kasus teror yang terjadi di Desa Lemban Tongoa, Sigi, Sulawesi Tengah.

Foto: MPR
Jangan biarkan negara kalah oleh kelompok teroris, hukum harus menjadi panglima

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengecam kasus teror yang terjadi di Desa Lemban Tongoa, Sigi, Sulawesi Tengah. Menurutnya, pemerintah lewat aparat penegak hukum harus segera menangkap pelaku, yang diduga adalah kelompok teroris jaringan Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

"Jangan biarkan negara kalah oleh kelompok teroris. Hukum harus menjadi panglima, agar keadilan bisa ditegakkan, dan keamanan serta ketertiban masyarakat senantiasa terjaga," ujar pria yang akrab disapa Bamsoet itu lewat keterangan tertulisnya, Selasa (1/12).

Kepolisian perlu segera untuk menangkap pelaku, yang sudah diidentifikasi berjumlah sekira 10 orang. Pemasok senjata api bagi kelompok MIT juga perlu diselidiki dan ditelusuri, agar memutus mata rantai peredaran gelap senjata api.

"Kepolisian bisa bekerja sama dengan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk menangkap dan mendeteksi dari mana kelompok teroris tersebut mendapatkan senjata api,” ujar Bamsoet.

Ia juga meminta masyarakat tetap tenang dan tak terprovokasi peristiwan tersebut. Supaya kelompok teroris tersebut tak memiliki kesempatan untuk mengadu domba berbagai kelompok masyarakat.

"Kelompok teroris merupakan musuh kita bersama, musuh semua suku bangsa, musuh semua pemeluk agama. Tindakan membunuh dan menebar rasa takut, tak pernah diajarkan dalam ajaran agama apapun," ujar Bamsoet.

Diketahui, satu keluarga yang terdiri dari empat orang di Dusun Lepanu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah tewas dibunuh diduga dari kelompok teroris pada Jumat (27/11). Keempat korban yang dibunuh adalah Yasa alias Yata sebagai kepala rumah tangga, Pinu, Nata alias Papa Jana alias Naka dan Pedi.

Usai kejadian tujuh orang yang diduga teroris ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo. Mereka ditangkap di dua kecamatan yang berbeda, Randangan dan Buntulia. Diduga sejak lama keberadaan terduga teroris ini telah diintai tim Densus 88.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler