REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Forum Zakat (FOZ) DKI Jakarta sedang fokus untuk meningkatkan kualitas Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) dan amil zakat. Sehingga OPZ dan amil zakat bisa menggali potensi zakat sebesar Rp 25 triliun di DKI Jakarta secara lebih maksimal.
Ketua FOZ DKI Jakarta, Irvan Nugraha menyampaikan, potensi zakat di DKI Jakarta berdasarkan hasil riset yang sudah dilaksanakan nominalnya bervariasi. Ada riset yang mengatakan minimal potensi zakat di DKI Jakarta sebesar Rp 25 triliun dan maksimal Rp 50 triliun.
"Ini yang akhirnya mendasari upaya dari FOZ DKI Jakarta meningkatkan kualitas organisasi pengelola zakat agar menguat dalam hal akselerasi dan menguatkan strateginya dalam penyerapan (potensi) dana zakat ini," kata Irvan saat diskusi dan silaturrahim secara virtual bersama Republika, Kamis (3/12).
Ia menjelaskan, salah satu tantangan agar potensi zakat DKI Jakarta lebih terserap oleh OPZ adalah penguatan kemampuan, kapasitas dan kapabilitas OPZ. Memang masing-masing OPZ sudah memiliki keunggulan.
Maka selanjutnya setiap OPZ di Jakarta ini harus bisa saling mengisi, bertukar ilmu, dan pengetahuan. Sehingga semua OPZ bisa sama-sama mempunyai kualitas yang setara.
"Langkah selanjutnya OPZ di DKI Jakarta perlu berbagi peran berbagai di wilayah untuk melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat terutama yang belum berzakat," ujarnya.
Irvan menyampaikan bahwa tugas FOZ DKI Jakarta menguatkan OPZ bukan hanya untuk bisa menyerap dan menyalurkan dana zakat di DKI Jakarta. Tapi juga untuk membantu penyelenggaraan program pemberdayaan di luar DKI Jakarta.
Itu sebabnya FOZ di tingkat nasional berharap FOZ DKI Jakarta lebih bisa mendorong anggota-anggotanya untuk meningkatkan kualitas OPZ dan amilnya. Sehingga potensi zakat di DKI Jakarta bisa diserap lebih maksimal.
FOZ DKI Jakarta juga menyampaikan bahwa masyarakat Muslim di DKI Jakarta sekitar 2 persen sampai 5 persen sudah berzakat melalui OPZ. Sementara sekitar 50 persen sampai 60 persen masyarakat Muslim sudah mampu berzakat tapi belum menunaikan zakat melalui OPZ. Sekitar 20 persen sampai 30 persen masyarakat Muslim mau berzakat tapi belum mampu melaksanakan zakat.
"Selanjutnya tugas OPZ ini bisa menyasar kepada yang mampu tetapi belum mau zakat, dia sudah mampu berzakat dan kategorinya sudah muzaki tapi belum mau zakat, dan yang mau berzakat tapi tidak mampu, (kedua kelompok ini) yang akan terus kita kuatkan," ujarnya.
Di acara diskusi dan silaturrahim ini, Pemimpin Redaksi Republika, Irfan Junaidi mengingatkan semua bahwa zakat, infak dan sedekah selalu menjadi pilar yang menguatkan umat sejak zaman Rasulullah SAW, khulafaur rasyidin, tabiin sampai sekarang. Bahkan yang awalnya negara tidak begitu memperhatikan manfaat dan potensi zakat, ketika OPZ bergerak masif mengelola zakat, sekarang (dana zakat) menjadi sesuatu yang sangat dilirik.
"Bahkan mungkin (dana zakat) menjadi sesuatu yang sangat diandalkan untuk bisa menghadapi ujian pandemi (Covid-19) dan untuk bisa menghadapi cobaan ekonomi yang tidak mudah diselesaikan dengan cara-cara penyelesaian ilmu ekonomi konvensional pada umumnya," kata Irfan.
Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi bersyukur teman-teman OPZ masih semangat untuk terus bergelut di dunia zakat. Menurutnya, semangat ini Insya Allah menjadi pertanda yang baik di dunia dan akhirat. Karena mengelola dana zakat ini bukan hanya dimensi materi tapi ada dimensi spiritualnya juga.
"Republika bahagia masih ada teman-teman yang sejalan untuk bersama-sama bekerja untuk umat," ujarnya.
Diskusi dan silaturrahim FOZ DKI Jakarta bersama Republika dihadiri jajaran pengurus FOZ dan tim redaksi Republika. Baik FOZ maupun Republika berkomitmen untuk terus mengedukasi bangsa dengan mendukung peningkatan literasi zakat masyarakat.