REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo mencatatkan adanya peningkatan yang signifikan terhadap jumlah merchant di Solo Raya yang melayani transaksi nontunai menggunakan metode QRIS. Dari awal tahun, kenaikannya mencapai 201,35 persen dari semula 36.604 merchant pada Desember 2019 menjadi 110.307 merchant pada 20 November 2020.
Deputi BI Solo, Gunawan Purbowo, merinci, kenaikan jumlah merchant QRIS paling tinggi di Kabupaten Sukoharjo yang mencapai 285 persen, disusul Solo naik 249 persen, Boyolali 201,11 persen, Karanganyar 181,65 persen, Klaten 161,39 persen, dan Sragen 137,41 persen. Sedangkan pertumbuhan merchant terendah di Kabupaten Wonogiri yang naik 109 persen.
"Pertumbuhannya sudah relatif hampir merata, cuma yang wonogiri agak kurang," kata Gunawan kepada wartawan, Senin (7/12).
Gunawan menjelaskan, peningkatan jumlah merchant QRIS tersebut salah satunya lantaran pandemi Covid-19 dimana gencar sosialisasi untuk bertransaksi secara nontunai. Sehingga, masyarakat berusaha mencari metode pembayaran yang tidak perlu sentuhan langsung.
"Jadi pakai QRIS ini. Karena paling aman menggunakan ponsel. Kalau menggunakan kartu kan masih ada sentuhan. Kemudian, dari sisi pedagang yang tadinya jualan di pasar, sekarang mereka juga menyediakan transaksi online," paparnya.
Selain pasar modern, sejumlah pasar tradisional di Solo Raya telah melayani transaksi QRIS. Di antaranya, Pasar Nusukan, Pasar Singosaren dan Pasar Triwindu di Kota Solo, serta Pasar Gawok di Sukoharjo.
Implementasi pembayaran QRIS lainnya juga dilakukan oleh PDAM Toya Wening Solo, Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo, Rumah Sakit Panti Waluyo, serta Rumah Sakit dr Oen Kandang Sapi Solo.
Selain itu, QRIS juga sudah diaplikasikan di toko oleh-oleh, warung makan, tempat ibadah, pembayaran zakat dan infak, pondok pesantren, serta perguruan tinggi.