REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mendorong komunitas motor di berbagai daerah turut menginisiasi lahirnya pusat-pusat usaha modifikasi otomotif di masing-masing daerahnya. Sehingga komunitas motor bisa mengembangkan dirinya tak hanya sebatas tempat berkumpul para pecinta motor, melainkan juga menjadi tempat memajukan usaha dan membuka lapangan pekerjaan.
"Pengembangan usaha modifikasi otomotif bisa menjadi salah satu penyelamat perekonomian dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Mengembangkan usaha modifikasi otomotif sama dengan memajukan UMKM dan ekonomi kreatif. Mengingat sektor UMKM adalah penyumbang terbesar berbagai kebutuhan pelaku usaha modifikasi, dari mulai helm, knalpot, spion, jaket, hingga sepatu, dan berbagai kebutuhan lainnya," ujar Bamsoet saat menerima komunitas motor wartawan senior 'Motoran Tugeder', di Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Senin (7/12).
Calon Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini menjelaskan, potensi pasar konsumen modifikasi motor sangat besar, karena Indonesia saat ini memiliki sekitar 52 juta penduduk kelas menengah. Modal membuka usahanya pun tak terlalu besar. Terpenting ide dan kreatifitas, sedangkan modal materi bisa dicari melalui kerjasama dengan berbagai pihak.
"SDM Indonesia sudah terkenal memiliki ide dan kreatifitas yang selalu out of the box. Bahkan tokoh modifikasi dunia, Shige Suganuma, memberikan pengakuan terhadap perkembangan dunia modifikasi otomotif Indonesia. Menurutnya, Indonesia punya style sendiri yang berbeda dengan negara lainnya. Ia menyebutnya sebagai Indonesian Style," jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menerangkan, kehadiran usaha modifikasi otomotif di berbagai daerah juga bisa memperkuat industri otomotif nasional. Keunggulan produk otomotif Indonesia sudah diakui dunia. Di tahun 2019 lalu, Kementerian Perindustrian mencatat Indonesia mampu memproduksi 1,28 juta unit kendaraan roda empat, 300.000 diantaranya diperuntukan ekspor. Sedangkan produksi roda dua dan tiga mencapai 7,29 juta unit, 810.000 diantaranya untuk memenuhi kebutuhan ekspor.
"Berbagai agen pemegang merek otomotif juga sudah banyak yang menjalin kolaborasi dengan para modifikator. Sehingga bisa memastikan faktor safety dari hasil kendaraan yang dimodifikasi," pungkas Bamsoet.