Kamis 10 Dec 2020 17:00 WIB

Stimulasi Sentuhan Sejak Dini Bikin Anak Lebih Pandai

Stimulasi sentuhan terbukti memberikan banyak manfaat bagi anak.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Ibu mengajak main bayinya. Sentuhan berguna untuk menstimulasi bagian otak dan memori bayi.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Ibu mengajak main bayinya. Sentuhan berguna untuk menstimulasi bagian otak dan memori bayi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dalam tumbuh kembang anak, ada sejumlah faktor yang berperan penting, seperti nutrisi dan stimulasi. Dari sekian stimulasi, seperti suara, visual, dan sentuhan, khusus untuk sentuhan telah terbukti memberikan banyak manfaat bagi anak.

Dr Herbowo Soetomenggolo SpA(K) mengatakan, stimulasi sentuhan dapat membuat anak lebih pintar dan mandiri di kemudian hari. Sentuhan berguna untuk menstimulasi bagian otak dan memori.

Baca Juga

Agar otak besar dan otak kecil bekerja bersamaan, menurut Herbowo, salah satunya didapat dari stimulasi sentuhan. Stimulasi sentuhan membuat anak lebih pandai dan mandiri di kemudian hari bila stimulasi ini dilakukan secara terorganisir.

"Jadi bukan hafal nama bendera, tapi justru sentuhan ini yang membantu,” kata Herbowo dalam webinar “Nivea #SentuhanIbu 2020”, Kamis (10/12).

Lebih lanjut, Herbowo mecontohkan medote gendong kanguru dengan menempelkan kulit ibu ke bayi yang terbukti mampu menyelamatkan nyawa dan mengurangi rasa nyeri pada bayi akibat adaptasi lingkungan baru. Hindari membedong bayi karena bukan itu yang dibutuhkan bayi, melainkan lebih banyak sentuhan dari orang terdekat.

Kekuatan dari stimulasi sentuhan juga mampu meningkatkan ikatan atau bonding antara ibu dengan si kecil. Selain itu, stimulasi sentuhan bisa membantu meningkatkan produksi air susu ibu (ASI), membuat tidur lebih baik, mengurangi risiko perawatan bayi di rumah sakit, dan meningkatkan kemampuan sosial anak.

Herbowo menjelaskan, kepandaian bayi ditentukan sejak masa kehamilan. Oleh karenanya, penting dimulai sejak usia dini agar mengoptimalkan tingkat kecerdasan bay, khususnya selama periode 1.000 hari pertama anak yang merupakan masa keemasan.

“Sekitar 80 persen otak anak sudah terbentuk, hanya selisih 20 persen dengan orang dewasa, jadi anak dua tahun itu pintar, hanya memang butuh belajar dari pengalaman,” ujar Herbowo yang merupakan dokter spesialis syaraf anak.

Bagaimana bila terlambat dalam melakukan stimulasi? Herbowo menambahkan ada cara-cara agar mendekati optimal. Meski merasa terlambat, bukan berarti harus pasrah, karena pada dasarnya proses belajar anak terus berkelanjutan. Tetap beri yang terbaik bagi sang buah hati, baik dari segi nutrisi maupun stimulasi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement