Selasa 15 Dec 2020 17:25 WIB

Serangan Siber ke Indonesia Diperkirakan Capai 1 Miliar

Banyak peretas senyap yang tidak terdeteksi.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Peretas (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Peretas (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) memperkirakan jumlah serangan siber di Indonesia mencapai 1 miliar kali pada tahun ini. Jumlah ini sekitar 2,5 kali lipat dari catatan Badan Sandi dan Siber Nasional (BSSN).

Peneliti CISSReC Ibnu Dwi Cahyo mengatakan data yang diperoleh BSSN hanya mencakup serangan yang berhasil terdeteksi. Sedangkan serangan senyap justru lebih banyak lepas dari monitor BSSN.

Baca Juga

"Data ini aslinya serangan bisa jauh lebih dari itu. Karena data (BSSN) didasarkan pada serangan yang terlaporkan dan terdeteksi. Ada serangan-serangan yang terlewatkan. Bisa jadi serangannya capai 1 miliar," kata Ibnu pada Republika.co.id, Selasa (15/12).

Ibnu mengungkap peretas yang hebat mampu menunaikan tugasnya tanpa terlacak siapapun. Malware Pegasus jadi salab satu jenis tools peretas yang ingin usahanya tak terlacak.

"Angka data BSSN saja sudah banyak sekali, karena memang semua negara sulit tentukan sebenarnya mereka berapa kali diserang. Ngitungnya data serangan bisa dari kerjasama perusahaan keamanan luar negeri seperti Kaspersky, tapi sulit tahu pastinya berapa," ujar Ibnu.

Ibnu merinci pengguna internet pribadi lebih rentah mengalami serangan siber. Sebab pengguna pribadi cenderung memiliki tingkat keamanan siber yang rendah.

"Serangan yang sifatnya personal itu senyap biasanya enggak terpantau. Kecuali ke institusi pemerintah dan swasta terpantau karena ada tim yang menanganinya bagian IT," ucap Ibnu.

Atas dasar ini, Ibnu mengimbau pengguna internet pribadi agar memperketat keamanan siber. Cara mudah menjaga keamanan diantaranya rutin mengganti password, gunakan password yang sulit ditebak, jangan sembarangan gunakan jaringan Wifi.

"Kita enggak tahu apa pejabat dan aktivis di Indonesia diserang pakai malware pegasus oleh pihak manapun termasuk dari luar negeri," sebut Ibnu.

Berdasarkan data BSSN sepanjang tahun ini hingga November 2020 terdapat sebanyak 423 juta kali serangan siber yang menyasar Indonesia. Serangan tersebut terbagi dalam dua sifat yaitu serangan sosial dan teknis.

Kepala BSSN Hinsa Siburian menjelaskan, serangan sosial berupa upaya mempengaruhi manusia pada dan melalui ruang siber dan cenderung berkaitan erat dengan perang politik, perang informasi, perang psikologi, dan propaganda.

Sementara serangan teknis lebih ditujukan menyerang jaringan logika melalui berbagi metode untuk mendapatkan akses ilegal, mencuri informasi, atau memasukkan malware yang bisa merusak jaringan fisik dan persona siber (pengguna internet).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement