REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menilai salah satu faktor yang bisa menjadi modal besar pemulihan ekonomi pada 2021 adalah stabilitas perbankan. Hal ini terlihat ketika pada tahun ini perekonomian Indonesia jatuh ke jurang resesi tapi kondisi perbankan relatif stabil dan sehat.
Peneliti Core Indonesia Fathya Nirmala Hanoum mengatakan, saat pandemi Covid-19 peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) cukup besar. Tanpa kebijakan yang tepat dari OJK, di tengah tekanan yang begitu besar akibat pandemi, sistem perbankan sulit untuk bertahan.
"Bila sistem perbankan terganggu, program pemulihan ekonomi pada 2021 akan menjadi lebih berat," kata Fathya kepada Republika, Selasa (15/12).
Menurutnya, pemulihan ekonomi pada 2021 tidak mungkin hanya bergantung pada pemerintah saja. Meskipun pemerintah akan berupaya mengeluarkan berbagai stimulus tetapi dipastikan tidak cukup.
Diperlukan peran aktif dari swasta agar konsumsi, investasi dan ekspor bisa kembali tumbuh pada level normalnya. "Kita patut bersyukur sampai saat ini sistem perbankan dapat diyakini mampu menjalankan fungsinya, sehingga pihak swasta bisa berperan optimal," ucapnya.
Pada 2021, CORE memperkirakan Bank Indonesia akan melanjutkan kebijakan moneter yang longgar. Adapun suku bunga acuan masih berpeluang kembali diturunkan.
Kebijakan moneter longgar ini akan mendorong perbankan untuk lebih ekspansif meningkatkan penyaluran kredit. Adapun ekspansi kredit perbankan akan berlangsung secara bertahap mengikuti asumsi berakhirnya pandemi dan akan mencapai puncaknya pada akhir 2021.
Secara total, sepanjang 2021 kredit perbankan berpotensi bisa tumbuh di kisaran angka ganda. Pulihnya perekonomian pada semester dua 2021 membuka peluang sektor-sektor yang tahun ini terpuruk berpotensi jadi penggerak di dalam penyaluran kredit termasuk sektor pariwisata dan turunannya seperti hotel dan restoran.
Fathya menekankan, pulihnya ekonomi pada 2021 tidak mungkin terjadi jika Indonesia gagal menanggulangi pandemi. Vaksin sangat dibutuhkan.
"Tetapi yang akan lebih menentukan adalah bagaimana kita meningkatkan kedisiplinan melaksanakan protokol kesehatan," ucapnya.