Rabu 16 Dec 2020 09:56 WIB

IHSG Menguat Didorong Optimisme Kesepakatan Stimulus AS

IHSG pun diperkirakan akan menguat terbatas hingga akhir perdagangan hari ini.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona positif pada perdagangan Rabu (16/12). Pergerakan ini sejalan dengan mayoritas bursa saham Asia yang dibuka menguat pagi ini.
Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona positif pada perdagangan Rabu (16/12). Pergerakan ini sejalan dengan mayoritas bursa saham Asia yang dibuka menguat pagi ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona positif pada perdagangan Rabu (16/12). Pergerakan ini sejalan dengan mayoritas bursa saham Asia yang dibuka menguat pagi ini. 

IHSG menguat 0,97 persen ke level 6.068,40 setelah ditutup menguat pada perdagangan sebelumnya. Sementara itu, indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,30 persen diikuti indeks Strait Times Singapura menguat 0,54 persen serta indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,70 persen.

Baca Juga

IHSG pun diperkirakan akan menguat terbatas hingga akhir perdagangan hari ini mengikuti pergerakan di bursa global. 

"Bursa saham menguat didorong oleh ekspektasi investor mengenai akan tercapainya kesepakatan atas paket stimulus ekonomi di Amerika Serikat (AS) sebelum akhir tahun ini," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Rabu (16/12). 

Kongres (MPR) AS berusaha memasukkan RUU stimulus fiskal senilai 748 miliar dolar AS ke dalam paket RUU Anggaran Belanja Sementara Pemerintah Federal yang akan di sahkan pada hari Jumat. Untuk itu, ketua DPD (Senat) melarang anggotanya untuk berpergian keluar kota sebelum hari Jumat. 

Sentimen positif juga datang dari rilis sejumlah data ekonomi Tiongkok yang memperlihatkan akselarsi pertumbuhan disemua bidang terus berlanjut pada bulan November sehingga memperkuat ekspektasi Tiongkok akan mencatatkan laju pertumbuhan ekonomi yang sehat di tahun 2021. 

Industrial Production tumbuh 7 persen yoy sementara Penjualan Ritel tumbuh 5 persen yoy. Namun per November 2020, penjualan ritel masih turun 4,8 persen yoy. Investasi pada Aset Tidak Bergerak (Fixed-Asset Investment) tumbuh 2,6 persen. 

Investor juga mencerna data Neraca Perdagangan bulan November Jepang dimana Ekspor turun 4,2 persen yoy di bulan November. Hal ini disebabkan oleh pelemahan kinerja ekspor ke Tiongkok dan AS serta memberi indikasi laju pemulihan ekonomi yang lebih lambat di Jepang. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement