Kamis 17 Dec 2020 15:07 WIB

Pengamat: Pemilu dan Pilkada Baru Hasilkan Sekedar Vote

Pemilu dan pilkada

Warga di TPS 07 Desa Tugu Kidul, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu mengikuti pemungutan suara ulang (PSU) Pilkada Serentak 2020 Kabupaten Indramayu, Ahad (13/12).
Foto: Republika/Lilis SriHandayani
Warga di TPS 07 Desa Tugu Kidul, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu mengikuti pemungutan suara ulang (PSU) Pilkada Serentak 2020 Kabupaten Indramayu, Ahad (13/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dan Prof Dosen  Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Nasional, Prof Syarif Hidayat mengemukakan, data Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pada 2009-2019 telah mengindikasikan bahwa karakteristik demokrasi di Indonesia relatif masih berada pada tipologi demokrasi liberal.

“Akibatnya, kalaupun secara kuantitas, lembaga dan aturan main demokrasi telah dihadirkan, tetapi secara kualitas, praktik yang berlangsung belum mencerminkan karakter demokrasi substantif, lantaran minim kapasitas,” kata Syarif dalam Seminar Nasional “Refleksi Akhir Tahun: Capaian Indeks Demokrasi Indonesia dan Evaluasi Pilkada Serentak 2020”, yang diselenggarakan secara daring oleh Pusat Kajian Studi Politik (PKSP) Fisip Universitas Nasional, Jakarta, Kamis (17/12) siang.

Diakui Syarif, secara umum IDI telah mengindikasikan bahwa Indonesia telah cukup berhasil dalam memproduksi vote (suara) melalui pemilu dan Pilkada yang diselenggarakan secara rutin. Tetapi menurutnya vote yang dituai melalui Pemilu itu, sangat muskil menghasilkan vote pada paska Pemilu karena tidak terciptanya korelasi antara presence dan representasi.

Dalam diskusi yang dipandu Drs. Hilmi Rahman Ibrahim, M.Si itu, Prof. Syarif menilai Pemilu cenderung lebih difungsikan sebagai instrumen oleh para elit politik untuk mendapatkan legitimasi masyarakat. Sehingga implikasinya suara yang diamanahkan oleh masyarakat tidak berdampak pada perbaikan kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan periode paska Pemilu.

“Konsistensinya capaian indek variabel Hak Memilih dan Dipilih pada kategori Sedang (79,27), dan Pemilu yang Bebas dan Adil dengan kategori baik (85,75), mengindikasikan bahwa secara prosedural Indonesia telah berhasil menyelenggarakan Pemilu sebagai sarana untuk menuai vote,” jelas Syarif.

Tetapi di sisi lain, ungkap Syarif, fakta masih tetap rendahnya capaian indeks variabel Peran DPRD (61,74), mengisyaratkan bahwa lembaga representatif masih lemah dalam menjalankan fungsinya. Sehingga vote yang dihasilkan pada saat Pemilu tidak banyak terealisasi menjadi voice pada paska Pemilu.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement