REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro memperkirakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI-7DDR) masih bisa turun ke level 3,5 persen pada kuartal I-2021, meski saat ini masih bertahan di 3,75 persen.
"Pasar sebetulnya sudah mengantisipasi penurunan suku bunga pada Desember 2020, tapi ketika itu tidak terjadi, investor tidak khawatir karena hal itu masih mungkin berlaku," kata Satria dalam pernyataan di Jakarta, Jumat.
Satria juga memproyeksikan bank sentral akan mengalami periode jeda panjang terkait kebijakan suku bunga acuan di 2021 untuk mempertimbangkan strategi lanjutan dari dampak kebijakan burden sharing.
"Setelah suku bunga turun menjadi 3,5 persen, bank sentral nanti akan sedikit menahan lebih lama, untuk mengantisipasi lonjakan jumlah uang beredar dan potensi kenaikan inflasi," katanya.
Selain itu, ia meyakini pergerakan suku bunga acuan BI tahun depan masih akan berjalan seiring dengan keputusan The Fed (Bank Sentral AS) yang diperkirakan mempertahankan kebijakan moneter longgar untuk mendorong perekonomian.
Sebelumnya, BI mempertahankan tingkat suku bunga acuan sebesar 3,75 persen berdasarkan keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) 16-17 Desember 2020.
"Keputusan ini konsisten dengan perkiraan inflasi tetap rendah dan stabilitas eksternal termasuk nilai tukar rupiah terjaga," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam jumpa pers virtual usai RDG BI edisi Desember 2020.
Dalam kesempatan itu, bank sentral juga tetap mempertahankan suku bunga deposit facility tetap 3 persen dan suku bunga lending facility tetap 4,5 persen.
Pada RDG November 2020, BI menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate sebanyak 25 basis poin menjadi 3,75 persen dari sebelumnya 4 persen.
Total sejak 19 Desember 2019 hingga 17 Desember 2020, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak 125 basis poin.