REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kendati lahir jauh dari era kemerdekaan, generasi muda tetap harus menjaga persatuan bangsa sambil mewaspadai ancaman proyek pecah belah bangsa dan negara oleh bangsa asing. Menurut Wakil Ketua MPR Dr. Ahmad Basarah, proyek pecah belah bangsa yang kerap populer disebut “Balkanisasi’’ itu sangat mungkin menimpa Republik Indonesia.
"Generasi muda harus belajar dari kisah kehancuran negara-negara Balkan di tahun 1990-an. Dari satu negara besar Yugoslavia lahir negara-negara kecil Serbia, Kroasia, Bosnia dan-Hercegovina, Slovenia, Macedonia, Montenegro, dan Kosovo. Pecahnya negara besar ini tidak mungkin terjadi begitu saja, tentu ada desain politik tingkat tinggi di balik itu semua,’’ jelas Ahmad Basarah, saat tampil sebagai keynote speaker dalam webinar Semiloka Wawasan Kebangsaan berjudul “Aktualisasikan Persatuan, Wujudkan Generasi Bela Negara” di Malang, Sabtu (19/12).
Menurut Ketua Fraksi PDI Perjuangan itu, Indonesia adalah negara besar dengan sumberdaya alam yang kaya raya. Kekayaan luar biasa itu tentu menjadi magnet menggiurkan negara-negara kapitalis untuk menguasai sumberdaya alam Indonesia.
"Tapi, jika Indonesia tetap menjadi negara kesatuan yang besar seperti saat ini, tentu negara-negara kapitalis itu sulit menguasai sumberdaya alam di negeri ini. Sebagai negara kesatuan, Indonesia punya kebijakan yang sama untuk semua daerah, kita bukan negara federal. Tapi, jika kepulauan di Nusantara ini terpecah menjadi beberapa negara kecil, tentu mudah bagi para negeri kapitalis itu melakukan kolonialisme tersembunyi dan melakukan eksploitasi atas daerah-daerah itu,’’ jelas Ahmad Basarah.
Dalam webinar yang diselenggarakan oleh Universitas Tribuwhana Tunggadewi Malang dan Gerakan Pendidik Bangsa itu, Ahmad Basarah menjelaskan bahwa generasi muda harus terus terpanggil menjaga persatuan dan kesatuan bangsa agar ancaman proyek Balkanisasi itu bisa dieliminasi. Bahkan, bukan hanya kehancuran negeri Balkan itu yang harus dijadikan pelajaran, tapi juga kehancuran Suriah, Yaman, Iraq, Libya akibat konflik politik berbalut agama dan kesukuan.
"Kita punya Pancasila yang mempersatukan kebhinekaan kita, yang menjadi platform bersama ketika kita sebagai bangsa menghadapi kenyataan perbedaan suku, agama, ras dan antargolongan,’’ tegas Ahmad Basarah.
Karena itu, dalam konteks bela negara itu, Ketua DPP PDI Perjuangan ini memuji apa yang dilakukan oleh Unitri dan Gerakan Pendidik Pancasila yang mengabdikan ilmu mereka kepada masyarakat untuk terus mempersatukan bangsa. Menghubungkan ilmu pengetahuan dengan perbuatan inilah yang pernah dipuji oleh Presiden Soekarno saat menyampaikan pidatonya di Universitas Gajahmada, Yogjakarta, pada 1951.
"Dalam pidatonya itu, Bung Karno mengatakan bahwa ilmu pengetahuan hanyalah berharga penuh jika ia dipergunakan untuk mengabdi kepada praktek kehidupan manusia, atau praktek kehidup bangsa, atau praktek kehidupan kemanusiaan. Buatlah ilmu berdwitunggal dengan amal,” jelas Ahmad Basarah, dalam siaran persnya.
Sebagai penutup, Doktor Ilmu Hukum lulusan Universitas Diponegoro Semarang itu mengajak generasi muda untuk mengimplementasi Undang-undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara. Ahmad Basarah mengutip Pasal 6 Ayat 1 undang-undang itu yang menegaskan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
"Jika tekad bela negara ini merasuk dalam dada setiap anak bangsa, terutama generasi muda, saya optimis untuk berpuluh tahun ke depan Negara Kesatuan Republik Indonesia akan terus berdiri, bangsa ini jauh dari perang saudara yang menyakitkan,’’ demikian Ahmad Basarah.