REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Suhardi Sukiman, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pemuda Hidayatullah periode 2016-2020, Ketua Dewan Pengawas Koperasi Pemuda Islam (KOPI)
Beberapa hari terakhir ini, merger bank syariah menjadi topik pembicaraan yang hangat dibahas, diulas di berbagai platform media massa bahkan ramai dikulik di grup-grup WhatsApp. Seperti diketahui, Bank syariah BUMN resmi merger yang disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT BRISyariah.
Penggabungan bank syariah BUMN ini yaitu PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) pun telah menetapkan struktur dan nama. Nama baru bank hasil penggabungan atau merger yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang diikuti oleh penggantian logo.
Nama tersebut digunakan secara efektif oleh PT Bank BRIsyariah selaku bank yang menerima penggabungan. Merger yang secara efektif dimulai pada 1 Februari 2021 ini pun mendapat atensi publik dan disambut positif berbagai kalangan.
Sejumlah analis melihat merger ini akan berdampak positif terhadap perkembangan ekonomi syariah karena entitas baru yang lahir dari aksi korporasi ini akan memiliki modal besar untuk bergerak menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Bagaimanapun, pada kenyataannya, sistem perbankan atau -lebih umum- keuangan syariah (islamic finance), memang menyimpan potensi yang amat sangat besar seiring dengan kian tingginya kesadaran masyarakat terhadap praktik ekonomi nabawi yang adil dan menetramkan. Secara konklusif peluang itu kemudian tertuang dalam visi Bank Syariah Indonesia "Menjadi 10 Bank Syariah Terbesar di Dunia".
Sehingga, saya kira, hasil merger ini kelak bisa melakukan terobosan besar yang tidak saja mampu melakukan konversi bank konvensional BUMN menjadi bank syariah, melainkan juga dapat memantapkan eksistensinya dengan melakulan ekspansi secara global. Sesuatu yang sebetulnya sangat mungkin -bahkan- tak sukar dilakukan, tetapi kita "belum mau" merealisasikannya.
Tentu saja harapan tersebut sangat rasional dan realistis mengingat potensi dan sumber daya kita. Bahkan Presiden Jokowi sendiri memandang merger bank syariah BUMN layaknya membangunkan raksasa besar yang sedang tertidur.