Ahad 20 Dec 2020 12:56 WIB

Peneliti Temukan Strain Virus Corona Baru yang Amat Menular

Ilmuwan Inggris meyakini strain baru sebabkan tingginya penularan di Timur Inggris

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ilustrasi Covid-19. Ilmuwan Inggris menemukan galur atau strain SARS-CoV-2 baru yang sangat menular bernama VUI-202012/01. Strain ini dinilai menjadi dalang dari tingginya kasus penyebaran Covid-19 di wilayah tenggara Inggris.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Ilmuwan Inggris menemukan galur atau strain SARS-CoV-2 baru yang sangat menular bernama VUI-202012/01. Strain ini dinilai menjadi dalang dari tingginya kasus penyebaran Covid-19 di wilayah tenggara Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan Inggris menemukan galur atau strain SARS-CoV-2 baru yang sangat menular bernama VUI-202012/01. Strain ini dinilai menjadi dalang dari tingginya kasus penyebaran Covid-19 di wilayah tenggara Inggris.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan strain VUI-202012/01 diperkirakan 70 persen lebih menular dibandingkan strain lainnya. Selain itu, strain baru ini juga dinilai dapat meningkatkan angka R hingga 0,4.

Temuan terbaru menunjukkan bahwa strain VUI-202012/01 bertanggung jawab atas 43 persen kasus infeksi baru di wilayah tenggara Inggris. Selain strain ini juga ditemukan pada 59 persen dari kasus Covid-19 baru di timur Inggris dan 62 persen kasus baru di London.

"(Kasus-kasus) itu telah meningkat dengan sangat, sangat, cepat dalam beberapa minggu terakhir," ungkap Chief Medical Officer Inggris Profesor Chris Whitty, seperti dilansir Sky News.

Profesor Whitty mengatakan dia telah melaporkan temuan strain baru ini kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dia juga mengatakan pihaknya akan berkonsentrasi untuk menganalisis berbagai data terkait penyebaran strain baru ini.

Hinnga saat ini, belum banyak yang diketahui tentang VUI-202012/01. Peneliti belum bisa menyimpulkan apakah strain baru ini bisa menyebabkan tingkat mortalitas yang lebih tinggi atau mempengaruhi efektivitas vaksin dan terapi.

Akan tetapi, keberadaan VUI-202012/01 dinilai mengkhawatirkan. Pengambilan tindakan yang cepat dan tepat dalam menanggulangi VUI-202012/01 dinilai sangat penting.

"Tak ada wilayah di Inggris dan dunia yang boleh mengabaikan ini. Seperti di banyak negara, situasi ini rentan," jelas Direktur Wellcome Trust Jeremy Farrar.

Terlepas dari itu, peneliti Federico Giorgi dari University of Bologna mengatakan SARS-CoV-2 dianggap telah mencapai tahap optimal dalam mempengaruhi manusia. Oleh karena itu, virus tersebut kini mengalami perubahan evolusioner yang rendah.

"Ini berarti terapi yang kita kembangkan, termasuk vaksin, bisa efektif dalam melawan semua strain virus," ujar Giorgi.

Ini bukan kali pertama mutasi atau strain baru dari SARS-CoV-2 ditemukan. Sebelum VUI-202012/01, sudah ada beberapa strain SARS-CoV-2 yang berhasil ditemukan oleh peneliti.

Strain orisinil ditemukan di Wuhan, Cina, dan diberi nama sebagai strain L. Strain ini lalu bermutasi menjadi strain S pada awal 2020.

Mutasi ini lalu terjadi lagi dan membentuk strain V dan G. Strain G kemudian bermutasi lagi menjadi strain GR, GH, dan GV. Beberapa mutasi yang tidak terlalu sering dikelompokkan menjadi strain O.

Hingga saat ini, strain yang paling dominan di seluruh dunia adalah strain G. Strain ini paling banyak ditemukan di Italia dan Eropa. Variasi paling banyak dari strain G adalah mutasi spesifik bernama D614G.

Di sisi lain, strain L dan V tampak mulai menghilang secara bertahap. Di Asia, strain G, GH, dan GR mulai mengalami peningkatan sejak awal Maret, atau sekitar lebih dari satu bulan setelah strain ini mulai menyebar di Eropa. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement