REPUBLIKA.CO.ID, Tanggal 22 Desember 2020 menjadi hari spesial untuk seluruh ibu di dunia, mengingat kondisi yang berbeda seperti tahun-tahun sebelumnya karena dirayakan dalam suasana pandemi Covid-19. Keluarga dapat menjadikan momen hari ibu tahun ini dengan mencurahkan perhatian yang lebih besar pada kesehatan ibu sebagai pemeran penting dalam keluarga.
Peranan seorang ibu bukan merupakan hal yang mudah untuk dilakukan. Beragam aktivitas ibu lakukan, mulai dari pekerjaan rumah tangga maupun berkarier yang kemudian dapat mempengaruhi kondisi kesehatan.
Pada masa pandemi ini, kondisi kesehatan tertentu dapat menjadikan seseorang rentan untuk terinfeksi coronavirus. Berdasarkan hasil Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2011, kondisi kesehatan tertentu seperti tekanan darah tinggi hingga kini menjadi penyakit tidak menular yang paling banyak diderita oleh masyarakat dengan prevalensi yang mencapai angka 34,1 persen. Sedangkan berdasarkan kelompok jenis kelamin, hipertensi lebih banyak diderita oleh perempuan dengan prevalensi 36,9 persen pada 2018.
Selain memiliki angka kesakitan yang tinggi, hipertensi menjadi penyebab kematian utama kedua bila disandingkan dengan penyakit stroke dan penyakit jantung. Terlebih pada situasi pandemi, seseorang dengan penyakit hipertensi lebih rentan untuk mengalami kondisi yang lebih serius dan kondisi pasien menjadi lebih sulit untuk membaik hingga dapat menyebabkan kematian apabila terjangkit Covid-19. Namun tidak perlu khawatir, hipertensi pada ibu di masa pandemi Covid-19 dapat dikendalikan dengan melakukan tindakan pencegahan terhadap faktor yang mempengaruhi hipertensi serta didukung oleh perilaku hidup bersih dan sehat dan patuh terhadap protokol kesehatan Covid-19.
Hipertensi dapat dipicu oleh adanya perubahan pola makan ibu yang dapat meningkatkan berat badan dengan indeks massa tubuh yang melebihi standar normal yakni mencapai angka 25 hingga di atas 30 atau biasa disebut dengan obesitas. Obesitas dipengaruhi oleh kondisi tubuh yang memiliki kandungan lemak yang tinggi hingga dapat memicu peningkatan pengendapan kolesterol pada pembuluh darah.
Kondisi tersebut kemudian mempengaruhi kinerja jantung untuk memompa darah lebih berat dari biasanya sehingga tekanan dalam darah juga mengalami peningkatan. Kandungan lemak dalam tubuh tersebut berasal dari jenis makanan dengan kepadatan energi yang tinggi dengan karakteristik tingginya kadar lemak, gula, serta kurang serat yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan energi.
Selain itu, pola makan dengan mengkonsumsi makanan asin diketahui juga berpotensi untuk meningkatkan tekanan darah. Hasil penelitian beberapa ahli gizi menyebutkan kandungan natrium dalam garam memiliki keterkaitan terhadap meningkatnya tekanan darah.