REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhbib Abdul Wahab, Dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Wakil Ketua Umum IMLA Indonesia
Tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Peringatan Hari Ibu bukan sekadar seremoni rutin, tetapi harus menjadi momentum penting dan komitmen luhur untuk menggugah kesadaran kolektif akan pentingnya multiperan ibu dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan bangsa. Sayangnya, tidak semua ibu di negeri tercinta mendapat pendidikan terbaik, sehingga multiperan dan fungsinya dalam menyiapkan generasi unggul tidak optimal.
Tidak semua ibu itu sehat, hebat, dan bermartabat, karena terhimpit oleh persoalan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan, bahkan terisolasi dari kemajuan sains dan teknologi. Idealnya, ibu dan segenap komponen bangsa lainnya berkontribusi besar dalam mencetak generasi unggul dan berkarakter mulia: generasi beriman yang menguasai sains, memiliki keterampilan, profesional, dan integritas moral yang tinggi. Ibu harus menjadi figur teladan, misalnya, dalam pemberantasan korupsi, karena ibu pasti tidak pernah mengajarkan putra-putrinya untuk korupsi.
Generasi unggul dan hebat akan dapat diwujudkan apabila ibu yang melahirkan, membesarkan, mengasuh, mendidik, dan menyayangi putra-putrinya itu juga hebat. Mengapa ibu harus hebat? Karena rasa keibuan, ketulusan, kesabaran, dan kasih sayang ibu menjadikannya sakaguru bangsa yang luar biasa dalam menyukseskan keluarga dan generasi muda harapan bangsa. komitmen, perhatian, edukasi, dan kasih sayangnya terhadap generasi masa depan.
Ibu hebat adalah modal intelektual, moral, dan sosial yang sangat berharga sebagai tiang negara yang kuat. Karena itu, peringatan Hari Ibu menjadi sangat penting dimaknai dalam konteks mewujudkan negara bangsa (nation state) yang kuat, berdaulat, dan bermartabat melalui peran ibu yang hebat. Bagaimana menghebatkan kaum ibu agar berkontribusi dan berdedikasi tinggi dalam pembangunan keluarga dan masa depan bangsa?