REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Subroto, Jurnalis Republika
Tahun 2009 kantor memintaku berangkat ke Hongkong. Ada undangan dari Biro Pariwisata Hongkong. Acaranya jalan-jalan. Tiga hari lamanya.
Semula aku agak malas untuk berangkat. Soalnya aku mengincar bisa pergi ke Gaza, eh kok malah Hongkong yang tiba. Aku pikir ngapain wartawan ke luar negeri cuma buat wisata? Liputan-liputanku ke luar negeri sebelumnya agak serius-serius. Menghadiri undangan pemerintahan, seminar, atau meliput event olahraga. Toh, di sela-sela liputan itu biasanya juga ada acara berkunjung ke tempat-tempat wisata.
Namun mungkin kantor memintaku untuk refreshing. Sekali-sekali liputan yang agak ringanlah. Jangan terlalu serius. Ya sudahlah, akhirnya aku terima penugasan itu dengan berat hati.
Kegiatannya apa saja selama di Hongkong? Makan, tidur, dan jalan-jalan ke sana-sini. Itu saja. Liputan? Ya soal jalan-jalan itulah. Terserah mau menulis apa saja. Bebaslah.
Meskipun hanya jalan-jalan, aku tetap mempersiapkan diri sebelum berangkat. Aku mencari informasi sebanyak mungkin tentang Hongkong dan tempat-tempat menarik di sana. Itu memudahkanku dalam menulis untuk wisata nanti.
Dari Indonesia hanya dua media yang diundang. Selain Republika, ada Majalah CitaCinta dari Grup Femina. CitaCinta mengirim editornya Nanda Djohan.
Di Hongkong kami ditemani seorang guide. Namanya Carolus Chui. Dia orang Hongkong yang pernah tinggal di Indonesia. Keluarganya juga banyak di Indonesia. Chui pria yang ramah. Dia paham semua sudut dan cerita tentang Hongkong.