Senin 28 Dec 2020 11:02 WIB

LEN Pasang 39 Titik Stasiun Miniregional Monitoring Gempa

Dengan penambahan ini, maka sensor-sensor seismik di Tanah Air menjadi lebih rapat.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Agus Yulianto
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati (kiri) meninjau peralatan pemantauan gempa bumi di Stasiun Geofisika Ambon, Maluku.
Foto: Antara/Izaac Mulyawan
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati (kiri) meninjau peralatan pemantauan gempa bumi di Stasiun Geofisika Ambon, Maluku.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BMKG memiliki program peringatan dini tsunami yang dikenal dengan nama Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS). Sistem InaTEWS menggabungkan antara data seismik, data GPS, data Buoy, dan data Tide Gauge

Pada sistem InaTEWS, data seismik menjadi ujung tombak observasi karena dapat mendeteksi potensi tsunami dalam waktu empat menit samlai lima menit setelah kejadian gempa bumi.

Pada 2019, BMKG mempercayakan kepada PT Len Industri (Persero) dalam memasang 194 stasiun monitoring gempa bumi yang tersebar di seluruh Indonesia. Kepercayaan tersebut berlanjut pada 2020 untuk kembali memasang sebanyak 39 titik stasiun miniregional monitoring gempa bumi milik BMKG. 

"Dengan demikian keseluruhan seismograf yang dimiliki BMKG kini akan berjumlah 411 unit," ujar Pimpinan Proyek Pemasangan 39 Miniregional PT Len Industri Randy Dwi Rahardian dalam siaran pers di Jakarta, Senin (28/12).

Randy menyampaikan penyelesaian pemasangan miniregional ditargetkan sesuai batas waktu pelaksanaan pekerjaan dalam kontrak yakni 18 Desember 2020. Target tersebut tercapai karena sudah 100 persen rampung dan kini telah beroperasi.

Randy menyebut, beberapa lokasi memiliki latak geografis yang sulit dijangkau di beberapa wilayah Indonesia Bagian Tengah dan Timur seperti di Sulawesi, Maluku, NTT, NTB, dan Papua. Mulai dari perjalanan dari kota ke lokasi yang jarak tempuhnya cukup jauh hingga akses jalan yang dilalui jalannya rusak.

Manajer Rekayasa Sistem Unit Bisnis ICT & Navigasi PT Len Industri Yudhistira Utomo mengatakan, sebanyak 39 lokasi itu banyak dipasangnya di Indonesia Bagian Timur, yang memang masih belum serapat jaringan sensor seismik di Indonesia Bagian Barat. 

"Di barat sendiri, kita pasang dua stasiun di selatan Pulau Jawa. Lokasinya di Yogyakarta," ujar Yudhistira.

Kata dia, dengan penambahan ini maka sensor-sensor seismik di Tanah Air menjadi lebih rapat. Data yang diterima semakin banyak sehingga akurasi dan kecepatan informasi penentuan gempa dapat meningkat. 

"Saat ini sudah di kisaran empat menit hingga lima menit untuk informasi peringatan gempa (semenjak kejadian)," ucap Yudhistira.

Sebagai perusahaan BUMN yang berbasis teknologi, kata Yudhistira, Len Industri memiliki mimpi besar suatu saat nanti bisa menjadi penyedia produk dan teknologi infrastruktur sistem sensor peringatan dini kebencanaan di Indonesia. Saat ini Len Industri memiliki peran sebagai integrator sistem maupun pemeliharaan sistem tersebut.

Integrator sistem memiliiki tiga tanggung jawab utama, yakni membangun sistem, menjamin ketersediaan (availability) data dan kualitas data. Perusahaan harus dapat menjamin availability data di atas 90 persen atau bahkan 99 persen.

"Penempatan seismometer itu tidak bisa asal, kita harus mendapatkan kualitas data yang baik. Suhu dan kelembapan ruangan juga berpengaruh karena sangat sensitif," ungkap Yudhistira.

Selain di sistem power, belum ada produk sendiri milik Len Industri yang diintegrasikan. Hingga saat ini, principal produk seismohardware sebagian besar berasal dari Amerika sebagai partner selama ini.

"Len membeli barang dari principal. Transfer knowledge saat ini masih sebatas penggunaan dan konfigurasi, tapi tidak tertutup kemungkinan ke depan akan ada ToT (Transfer of Technology)," kata Yudhistira.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement