REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kuliah Ahad Subuh (KAS) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melangsungkan agenda mingguan ini secara daring pada Ahad (27/12). Kegiatan yang menghadirkan dosen psikologi Diah Karmiyati ini membahas pentingnya kecerdasan emosional untuk meraih kesuksesan.
Diah menyebutkan, beberapa intelegensi yang berperan dalam kesuksesan seseorang. Salah satu di antaranya terkait emotional quotient (EQ). "Kemampuan yang dimiliki oleh semua manusia dalam mengenali dan mengolah emosinya," kata Diah dalam siaran pers, Senin (28/12).
Jika seseorang sudah bisa mengelola emosinya, menurut Diah, orang itu juga cenderung bisa mengenali situasi lingkungan sekitarnya. Kondisi itu membuatnya lebih peka dan menumbuhkan rasa empati yang tinggi. Jika sudah muncul rasa tersebut, sambung dia, seseorang dapat memiliki motivasi tinggi untuk melakukan yang lebih baik lagi.
Diah menuturkan, beberapa ciri orang dengan EQ tinggi. Hal itu bisa dilihat dari perilaku dan sikapnya sehari-hari. Khususnya, cara dia mengendaikan diri dan menyesuaikan dengan kondisi yang ada.
Selain itu, individu juga lebih mampu memahami, mempengaruhi serta menenangkan orang di sekitarnya. Diah juga mengungkapkan EQ memiliki peran dua kali lipat lebih banyak ketimbang intelligence quotient (IQ).
Diah memberikan kunci meningkatkan EQ dalam kehidupan sehari-hari, yakni belajar berinteraksi dengan orang lain. Meski terdengar sederhana, kata dia, berkomunikasi dan berinteraksi tidak semudah yang dibayangkan. Ia juga menganjurkan para pemuda dan mahasiswa untuk berkecimpung dalam organisasi atau organisasi.
“Komunikasi yang terjalin dalam komunitas itu akan membantu kita mengenali dan mengelola emosi,” jelas Diah.
Diah mengingatkan betapa EQ memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan. Ketika seseorang memiliki EQ yang tinggi, komunikasi yang ia lakukan akan menjadi lebih tepat. Hal ini nantinya dapat mengurangi kesalahpahaman.
Penelitian juga menunjukkan, orang dengan EQ tinggi memiliki hasil kerja yang lebih baik ketimbang yang lain. Hal itu yang membuat EQ harus diberikan sejak dini lewat interkasi sosial. Sayangnya, banyak orang tua yang overprotektif sehingga menghambat peningkatan EQ anak-anaknya.