REPUBLIKA.CO.ID, Pergantian tahun dari 2020 menjadi 2021 tinggal hitungan jam. Pemerintah meminta masyarakat untuk tidak merayakan malam pergantian tahun dengan berkumpul, mengingat penyebaran Covid-19 masih belum tentu. Namun, di balik semua itu, adakah yang paham latar belakang perayaan 1 Januari? Mari kita bedah sejarahnya.
Tidak sedikit umat Muslim yang beranggapan jika perayaan tahun baru hanya urusan duniawi semata. Tidak ada kaitannya dengan akidah. Padahal, jika membaca akar perayaan tahun baru Masehi tidak bisa dipisahkan dari tradisi dan ritual penyembahan Dewa Janus. Dewa Janus adalah Tuhan yang diagungkan dalam agama paganisme (penyembah berhala).
Dalam buku The World Book Encyclopedia, 1984, volume 14 halaman 237 dijelaskan, penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun baru semenjak abad ke-46 SM. Orang Romawi mempersembahkan hari ini (1 Januari) kepada Janus, dewa segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan (waktu). Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri, yaitu dewa yang memiliki dua wajah – sebuah wajahnya menghadap ke (masa) depan dan sebuahnya lagi menghadap ke (masa) lalu).
Lalu siapa Dewa Janus?