REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Analis memperkirakan, harga emas akan mencapai nilai tertinggi pada kuartal pertama. Bank sentral banyak negara yang terus menggelontorkan stimulus untuk memulihkan ekonomi disebut sebagai salah satu faktor utamanya.
Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, bank sentral Eropa, Amerika maupun Cina diperkirakan kembali menurunkan suku bunga pada periode Januari-Maret ini untuk menstimulus pergerakan dunia usaha. Di sisi lain, pemerintah menggelontorkan stimulus tidak terbatas mengingat tahun ini merupakan fase pemulihan.
Kombinasi antara kebijakan moneter dengan fiskal itu akan mendorong penguatan terhadap harga emas pada kuartal pertama ini. "Puncak penguatan harga emas diperkirakan di level 2.045 dolar AS per troy ounce, di mana rupiah kemungkinan besar di Rp 13.500 per dolar AS," tutur Ibrahim saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (1/1).
Faktor lain yang juga berpengaruh adalah pelantikan Joe Biden sebagai presiden terpilih Amerika pada pertengahan Januari. Biden diperkirakan akan melakukan lockdown di beberapa negara bagian yang terdampak pandemi, sehingga berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan harga emas.
Apabila dikalkulasikan, Ibrahim menjelaskan, harga logam mulia kemungkinan masih di bawah Rp 1 juta per gram pada periode yang sama.
Tapi, harga emas akan kembali mengalami penurunan pada kuartal kedua dan mencapai level terendah di periode Juli-September. Proyeksi ini dengan asumsi vaksinasi sudah mulai berjalan di banyak negara sejak kuartal kedua, termasuk negara maju seperti Amerika maupun ekonomi berkembang seperti Indonesia.
Ibrahim memperkirakan, puncak terendah harga emas tahun ini akan mencapai level 1.600 dolar AS per troi ons. "Di mana, saat itu, rupiah bertengger di level Rp 15 ribu per dolar AS," katanya.