REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Outlook Zakat Indonesia (OZI) 2021, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) memprediksikan tantangan dan peluang zakat 2021. Dalam pernyataan yang diluncurkan pada akhir 2020 itu, Baznas menyebutkan bahwa generasi milenial dan bonus demografi akan menjadi peluang besar Indonesia untuk memaksimalkan potensi zakat. Sedangkan tantangan besar yang dihadapi dunia perzakatan Indonesia di 2020 adalah wabah pandemi Covid-19 dan resesi ekonomi.
CEO Rumah Zakat, Nur Efendi juga mengungkapkan hal serupa. Dia mengatakan bahwa wabah pandemi membawa pengaruh yang cukup besar. Namun dia mengatakan bahwa perkembangan zakat di 2020 menunjukkan kenaikan dibanding tahun sebelumnya.
"Alhamdulillah perkembangan zakat terus naik, secara nasional rata-rata 25-30% tahun 2020 dibanding dengan tahun 2019," ujar Nur saat dihubungi Republika, Senin (4/1).
Menurutnya, meski dilanda resesi dan pandemi yang tak kunjung membaik, Indonesia memiliki masyarakat dengan tingkat kedermawanan tertinggi di dunia, sehingga tantangan ini justru semakin meningkatkan tingkat empati masyarakat. Disisi lain, dia mengatakan bahwa dampak pandemi dan resesi harus terus diantisipasi, dimana kemampuan berdonasi masyarakat akan terus berubah, menyesuaikan kemampuan daya beli masyarakat.
"Meskipun kondisinya kurang baik dengan adanya pandemi covid-19, Indonesia memiliki masyarakat yang tingkat kedermawanan tertinggi di dunia sehingga dengan adanya pandemi masyarakat kita makin religius dan empati," ujarnya.
"Dampak pandemi ini perlu terus diantisipasi karena panjang waktunya, kemampuan berdonasi juga akan ada penyesuaian seiring dengan menurunnya kemampuan daya beli masyarakat," sambungnya.
Di 2021, Rumah Zakat menargetkan terwujudnya 1.700 desa berdaya, dengan 2.5 juta penerima manfaat yang 40 persen-nya diintervensi secara ekonomi dan keluar dari garis kemiskinan, kata Nur Efendi. Untuk merealisasikannya, upaya yang perlu terus dilakukan adalah, terus menumbuhkan kepercayaan, portofolio dampak pengelolaan dan kemudahan donasi, serta peningkatan pelayanan, ujarnya.
"Disaat pandemi seperti ini perlu cepat beradaptasi (cara menghimpun, mengelola & distribusi), kolaborasi dan go digital," ujarnya menambahkan.
Sementara itu, dalam pernyataannya, Direktur Pendistribusian dan Pemberdayaan BAZNAS, Irfan Syauqi Beik menyebutkan tiga kendala yang membuat penerimaan zakat di Indonesia masih minim, yaitu kurangnya edukasi dan literasi, kurangnya penguatan kapasitas kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM), terakhir, kurang maksimalnya regulasi di tingkat pusat maupun daerah.