REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus corona bermutasi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat setidaknya ada 8 varian virus yang ada hingga saat ini.
Dari laporan WHO tersebut, yang menjadi pertanyaan adalah apakah SARS-CoV-2 akan terus bermutasi? Sampai kapan akan bermutasi?
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan setiap kali virus corona tipe baru yang pertama teridentifikasi di Kota Wuhan, China, Desember 2019 itu bereplikasi, maka virus ini akan bermutasi. Jadi setiap kali virus tersebut memperbanyak diri, virus akan bermutasi sambil di dalamnya terjadi proses seleksi.
"Yang perlu dipahami semua orang saat ini, tidak ada "niat"dari SARS-CoV-2 untuk menjadi lebih ganas atau kurang ganas menginfeksi manusia. Virus tersebut hanya mau bertahan hidup saja, sehingga perlu menyesuaikan diri terhadap lingkungan barunya," kata dia, akhir Desember 2020.
SARS-CoV-2 akan bermutasi dan ketika itu bagus untuk virus maka virus tersebut akan selamat. Tapi sebaliknya, jika mutasi yang dilakukannya ternyata tidak berjalan baik, maka akan mati atau terjadi silent mutation karena tidak terjadi perubahan apapun dalam kromosomnya.
Ada proses seleksi di sana. Semakin lama virus itu bermutasi dan dapat bertahan hidup, maka akan menjadi lebih fit dan cocok terhadap lingkungannya.
Kondisi lingkungan yang berbeda-beda, mulai dari yang berkaitan dengan suhu hingga sistem kekebalan tubuh manusia sangat berpengaruh terhadap kondisi virus. Faktor genetika manusia juga mempengaruhi, yang membuat mutasi SARS-CoV-2 pada orang Indonesia bisa berbeda hasilnya jika terjadi pada orang Eropa atau Amerika Serikat.