Oleh : Harry Azhar Azis, Ketua BPK
REPUBLIKA.CO.ID --- Saya masih tidak percaya bahwa Idris Zaini telah pergi. Saya masih ikut mendoakan ketika mendengar Idris terpapar Covid, kayaknya insha Allah akan sembuh. Ternyata Allah berkata lain.
Idris termasuk kader HMI yang paling aktif sampai akhir hayatnya. Saya mengenalnya sejak tahun 1983 dan saya mengajaknya ikut mengurus PB HMI ketika saya terpilih di Kongres HMI Medan tahun 1983.
Saya tidak ingat apakah sebelumnya saya pernah kenal dia. Idris datang kepada saya waktu itu, “bang, saya juga asli Tanjung Pinang.” Saya kaget tapi itu betul betul menyentuh hati saya.
Saya kira cuma saya saja yang jadi aktivis HMI kelahiran Tanjung Pinang. Ternyata ada juga anak Tanjung Pinang yang menjadi tokoh HMI Bogor dan bisa masuk IPB Bogor.
Alhamdulillah, Idris bersedia jadi salah satu pengurus di PB HMI periode saya. Saya merasa mendapat “tambahan” teman se-daerah.
Dan, ternyata, Idris termasuk salah satu tokoh yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Perannya cukup dominan dalam mengurus HMI.
Apalagi di era Pancasila sebagai satu-satunya asas sangat dominan menguasai rezim berkuasa dan masyarakat saat itu.HMI akhirnya bisa lolos dari lobang jarum kekuasaan.
Setelah tidak di PB HMI (1983-1986), saya tidak banyak lagi berhubungan dengan teman-teman termasuk Idris Zaini.
Masing-masing mulai disibukkan dengan urusannya sendiri. Saya sendiri juga sibuk dengan urusan studi lanjut ke luar negeri.