REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menegaskan asesmen nasional akan dilakukan untuk pemetaan mutu pendidikan di Indonesia. Asesmen nasional tidak akan digunakan untuk mengukur prestasi siswa.
"Hasil asesmen nasional tidak digunakan untuk menilai prestasi peserta didik, tapi untuk menilai satuan pendidikan," kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (PAUD Dasmen) Kemendikbud, Jumeri dalam diskusi daring di SMA Pradita Dirgantara, Kamis (14/1).
Asesmen nasional akan mulai diselenggarakan mulai tahun 2021. Ia menegaskan, asesmen nasional bukanlah pengganti UN melainkan sebuah sistem asesmen yang menilai kondisi pendidikan di Indonesia.
Jumeri menjelaskan, asesmen nasional mempunyai tiga komponen. Komponen pertama yakni asesmen kompetensi minimum (AKM) yakni untuk mengukur kemampuan peserta didik secara kognitif dari sisi literasi membaca dan numerasi. "Mengapa dua hal ini? Ini penting untuk menuntun anak-anak kita punya kemampuan mengembangkan keilmuannya," ujar Jumeri.
Selanjutnya, asesmen nasional akan melakukan survei karakter. Survei dilakukan untuk mengukur sikap kebiasaan dan nilai-nilai siswa. Jumeri mengatakan, asesmen nasional ini adalah sistem penilaian yang dilakukan secara holistik terhadap peserta didik.
"Kognitifnya diukur, nilai-nilai karakternya seperti apa, lingkungan belajarnya seperti apa. Dengan asesmen nasional khususnya survei karakter, kita akan bisa membaca kecenderungan peserta didik di satuan pendidikan di sebuah wilayah," kata dia lagi.
Bahkan, lanjut dia asesmen nasional juga akan mendeteksi lingkungan belajar siswa. Melalui asesmen nasional akan terlihat apakah di sekolah tersebut banyak terjadi perundungan atau tidak. Siswa, guru, dan kepala sekolah akan mengisi survei terkait lingkungan belajar ini.
Lebih lanjut, hasil asesmen nasional nanti akan digunakan sebagai masukan untuk sekolah. Jumeri menjelaskan, jika hasil kognitifnya rendah maka Kemendikbud bisa memberi saran kepada sekolah untuk mengambil jalan keluar.
"Ini dilaksanakan di kelas tengah dengan harapan sekolah masih bisa memperbaiki paling tidak setahun belajarnya siswa," ujar dia.