REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Pada 14 Januari 1970, Muammar al-Qadafi dideklarasikan sebagai perdana menteri (PM) Libya oleh Kongres Rakyat Umum. Qadafi adalah kapten muda tentara Libya yang menggulingkan Raja Idris pada September 1969.
Seperti dilansir laman History, Qaddafi dikenal sebagai pemimpin yang memadukan ortodoksi Islam, sosialisme revolusioner, dan nasionalisme Arab. Qadafi mendirikan kediktatoran yang sangat anti-Barat.
Pada 1970, ia menghapus pangkalan militer AS dan Inggris serta mengusir warga Libya Italia dan Yahudi. Singkat sejarah yang tercatat, Qadafi kemudian mengejutkan banyak orang di seluruh dunia ketika dia menjadi salah satu kepala negara Muslim pertama yang mengecam Alqaidah setelah serangan 11 September 2001.
Tahun berikutnya, dia menyampaikan permintaan maaf publik atas pengeboman Lockerbie, kemudian setuju untuk membayar hampir 3 miliar dolar AS sebagai kompensasi untuk keluarga korban. Pada 2003, dia mendapat dukungan dari pemerintahan George W. Bush ketika dia mengumumkan adanya program untuk membangun senjata pemusnah massal di Libya. Dia akan mengizinkan badan internasional untuk memeriksa dan membongkar mereka.
Meskipun beberapa orang di pemerintah AS menunjuk ini sebagai konsekuensi langsung dan positif dari perang yang sedang berlangsung di Irak, yang lain menunjukkan bahwa Qadafi pada dasarnya telah membuat tawaran sama sejak 1999, tetapi telah diabaikan.
Pada 2004, Perdana Menteri Inggris Tony Blair mengunjungi Libya. Ia adalah salah satu kepala negara Barat pertama yang melakukannya. Dia memuji Libya selama kunjungan tersebut sebagai sekutu kuat dalam perang internasional melawan teror.
Pada Februari 2011, ketika kerusuhan menyebar ke sebagian besar dunia Arab, protes politik besar-besaran terhadap rezim Qadafi memicu perang saudara antara kaum revolusioner dan loyalis.
Pada Maret, koalisi internasional mulai melakukan serangan udara terhadap benteng Qaddafi di bawah naungan resolusi Dewan Keamanan PBB. Pada 20 Oktober, pemerintah sementara Libya mengumumkan bahwa Qadafi telah meninggal setelah ditangkap di dekat kampung halamannya di Sirte.