Jumat 15 Jan 2021 16:25 WIB

Tahun 2020 dan 2016 Tercatat Menjadi Tahun Terpanas

Eropa dan Asia mencatat rekor suhu rata-rata terpanas pada tahun 2020.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Pemanasan global menyebabkan suhu bumi bertambah panas dan es di kutub terus menipis.
Foto: EPA
Pemanasan global menyebabkan suhu bumi bertambah panas dan es di kutub terus menipis.

REPUBLIKA.CO.ID, FLORIDA -- Tahun 2020 dan tahun 2016 tercatat sebagai tahun terpanas. Berdasarkan data suhu laut, serta suhu yang diukur di darat di stasiun cuaca di seluruh dunia, para ilmuwan dengan NASA dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) melakukan analisis independen dan sampai pada kesimpulan serupa.

Analisis NASA menunjukkan tahun 2020 lebih panas. Sementara NOAA menunjukkan bahwa tahun 2016 masih sedikit lebih panas dibanding 2020.

Baca Juga

"Namun perbedaan dalam penilaian tersebut berada dalam batas kesalahan, jadi ini secara efektif merupakan ikatan statistik," kata ahli iklim NASA Gavin Schmidt dari Institut Goddard untuk Studi Luar Angkasa di New York City, dilansir di Science News, Jumat (15/1).

Ilmuwan iklim NOAA, Russell Vose, yang juga tinggal di New York City, menjelaskan dalam konferensi pers bahwa panas ekstrem yang terjadi di daratan tahun lalu, termasuk gelombang panas selama berbulan-bulan di Siberia. Eropa dan Asia mencatat rekor suhu rata-rata terpanas pada tahun 2020. Amerika Selatan mencatat suhu terpanas kedua.

Ada kemungkinan bahwa suhu tahun 2020 di beberapa daerah mungkin lebih tinggi jika bukan karena kebakaran hutan yang masif. Vose mencatat bahwa asap yang melayang tinggi ke stratosfer sebagai akibat dari kebakaran hebat di Australia pada awal tahun 2020 mungkin telah sedikit menurunkan suhu di Belahan Bumi Utara, meskipun hal ini belum diketahui.

Menurut ahli iklim NASA Gavin Schmidt, pola iklim laut yang dikenal sebagai Osilasi Selatan El Niño dapat meningkatkan atau menurunkan suhu global, bergantung pada apakah itu dalam fase El Niño atau La Niña.

Fase El Niño memudar pada awal tahun 2020, dan La Niña mulai, sehingga dampak keseluruhan dari pola ini diredam untuk tahun tersebut. Sebaliknya, pada 2016, terjadi peningkatan suhu yang besar dari El Niño.

"Tanpa itu, 2020 akan menjadi tahun terhangat yang pernah tercatat," kata Schmidt.

Vose menambahkan enam hingga tujuh tahun terakhir tercatat suhu panas benar-benar menonjol. Hal ini menunjukkan jenis pemanasan cepat yang saat ini kita lihat.

"Masing-masing dari empat dekade terakhir lebih hangat daripada yang sebelumnya." kata Vose.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement