REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak termasuk dalam kelompok yang rentan terpapar Covid-19. Kasus infeksi Covid-19 terhadap anak-anak di Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi di kawasan Asia.
Karena itu, anak-anak harus mendapatkan edukasi yang baik terkait pola penyebaran Covid-19. Epidemiologi Pandu Riono mengungkapkan, seharusnya sekolah membuat semacam modul yang bisa disampaikan kepada anak-anak saat dilakukan proses belajar dari rumah.
“Tidak ada sekolah yang mengajarkan tentang bahaya Covid-19 selama masa pandemi dan belajar dari rumah. Seharusnya, ada modul yang disiapkan sekolah dan disampaikan kepada anak-anak SD, SMP hingga SMA. Jadi mereka semua tahu bahaya Covid-19 dan bagaimana cara terhindar dari virus tersebut,” kata Pandu Riono dalam diskusi IG Live Katadata Indonesia dengan tema “Mencegah Penyebaran Covid-19 kepada Anak-anak”, Jumat (15/1).
Pandu menambahkan, selama ini beban untuk mengedukasi anak-anak terkait Covid-19 menjadi tanggung jawab orangtua. Padahal, edukasi terkait Covid-19 bisa dilakukan sekolah kepada anak-anak.
“Jadi, anak-anak juga bisa mengingatkan orangtua mereka apabila tidak memakai masker ketika keluar dari rumah atau saat orangtua tidak menerapkan protokol kesehatan lain. Kita harus melibatkan semua elemen masyarakat terutama keluarga untuk mengatasi pandemi ini,” ujar Pandu.
Pandu juga mengusulkan agar program Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga kembali diaktifkan lagi untuk membantu mencegah penyebaran pandemi, khususnya untuk klaster keluarga dan anak-anak. Menurut dia, kurang dilibatkannya elemen masyarakat menjadi salah satu penyebab munculnya klaster keluarga dan anak-anak.
Pandu juga mengingatkan bahwa virus Corona mudah bermutasi dan anak-anak yang menjadi kelompok yang paling rentan terpapar virus ini. Karena itu, benteng utama untuk bisa mencegah anak-anak tertular virus Covid-19 adalah dengan memakai masker.
“Vaksin itu tidak bisa mencegah penularan. Jadi, agar terhindar dari virus maka satu-satunya benteng utama adalah memakai masker dan juga menjalankan protokol kesehatan yang sudah ada. Meski angka kematian anak-anak terinfeksi Covid rendah dibandingkan orang dewasa, tetapi anak-anak adalah kelompok yang rentan terpapar,” jelasnya.
Koordiator Klaster Keluarga dan Anak-anak Gerakan Pakai Masker, Mira Maulida mengatakan, perlu kampanye masif dan terstruktur untuk bisa mengingatkan anak-anak terkait bahaya dari virus Covid-19.
“Di masa lalu kita ingat ada kampanye Keluarga Berencana dan Wajib Belajar dan itu sukses. Hampir semua orang tahu lagu dari kampanye KB dan Wajib Belajar. Kita harus bisa melakukan kampanye seperti itu sehingga anak-anak sadar bahaya virus Covid-19,” ujarnya.
Mira menambahkan, kampanye 3M yang dilakukan pemerintah sudah efektif namun permasalahannya di implementasi. Karena itu, Mira menilai ada baiknya apabila ada sanksi yang diberikan kepada mereka yang melanggar protokol kesehatan seperti yang sudah diterapkan di sejumlah daerah.
Menurut Mira, GPM akan berupaya melakukan kampanye yang masih terkait penyebaran Covid-19 di klaster keluarga dan anak-anak. Ini dilakukan karena penularan Covid-19 di keluarga 10 kali lebih tinggi dibandingkan klaster lainnya.
“Kami berharap anggota keluarga yang keluar rumah tetap menjalankan protokol kesehatan apalagi kalau ada kelompok yang rentan di rumah seperti orang lanjut usia atau anak-anak. Begitu juga apabila menerima tamu atau berkunjung ke sanak saudara, tetap harus menerapkan protokol 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun,” ujarnya menjelaskan.