REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Kejar Mutu Melalui Pandampingan Psikososial dan Penguatan Modul Pembelajaran di masa pandemi Covid-19 merupakan program direktorat Pendidikan Dasar kemntrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud-RI). Program ini dilaksanakan oleh Yayasan Khazanah Iman Ilmu Amal (YKIIA) di Sekolah-Sekolah Dasar Lingkungan Dinas Pendidikan Kab. Pesisir Barat Lampung, November hingga Desember 2020 lalu.
Kegiatan ini merupakan ikhtiar/upaya Direktorat Pendidikan Dasar Kemdikbud-RI dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar terutama di Daerah Terbelakaag, Terluar dan Tertinggal (Daerah 3T). “Kegiatan ini akan berjalan baik jika semua untur terlibat aktif sesuai peran masing-masing,” kata Irpan Hilmi sebagai Coach Leader dari YKIIA dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (16/1).
Ia menambahkan, fasilitator lokal sebagai ujung tombak kegiatan ini sangat penting keberadaannya. “Mereka perlu memahami goal/tujuan dari kegiatan ini, realistik/ kondisi riil yang terjadi di lapangan selama pembelajaran dilakukan di rumah, option atau pilihan solusi apa yang harus disiapkan dan diurai agar mampu memberikan pilihan solusi terbaik untuk memastikan kegiatan belajar di rumah berjalan lancar serta kapan solusi-solusi terbaik itu dapat dilakukan,” ujarnya.
Adapaun tujuan dari kegiatan ini, kataa Irpan adalah: memastikan fasilitator dapat memahami apa itu coaching dan mampu melkakukan coaching kepada guru dan orang tua siswa; guru mampu memastikan orangtua siswa dapat mendampingi anak-anaknya belajar mandiri di rumah; orangtua dapat dan mampu mendampingi siswa belajar mandiri dan pada akhirnya siswa mampu memimpin diri dan pembelajarannya sendiri (belajar mandiri).
“Agar goal atau tujuan itu tercapai maka langkah penting yang dilakukan adalah melatih atau melakukan coaching kepada fasilitator lokal untuk memastikan mereka dapat melaksanakan kegitan ini dengan maksimal,” paparnya.
Untuk dapat memastikan kegiatan berjalan sesuai harapan, kata dia, maka diperlukan media/alat/instrumen atau yang baisa disebut dengan Tools Coaching. Tool coaching yang digunakan dalam kegiatan ini, adalah GROW Model.
“GROW adalah singkatan dari kata: Goal, Realistic, Optians, Will. Filosofi yang terkandung dari singkatan ini adalah agar Growing (bertumbuh), maka perlu menetapkan tujuan (GOAL), bandingkan dengan fakta saat ini (REALISTIC), dan temukan berbagai alternatif pilihan solusi/cara (OPTIONS) untuk mencapai tujuan dari kondisi saat ini. Setelah itu lakukan kegiatan yang pati dari alternative yang dipilih (WILL) untuk mewujudkan tujuan,” ujar Irpan.
Irpan selanjutnya menegaskan untuk menjalankan kegiatan tersebut dilakukan dengan pendekatan 4DX. 4DX adalah kepanjangan dari 4 Diciplines of Execution yang merupakan konsep manajemen yang menekankan pada empat sikap disiplin dengan harapan mendapatkan hasil optimal dari proses eksekusi atau tindakan-tindakan yang ketat dan tindakan tindakan yang focus pada tujuan inti atau tujuan besar.
“Kebanyakan dari kita adalah pintar membuat rencana aksi, pintar menyusun strategi, membangun mimpi tapi seringkali kita lemah pada eksekusi. Akhirnya mimpi, strategi, dan rencana hanya tinggal menjadi narasi indah yang tertuang dalam selembar kertas atau rencana-renaca aksi, sehingga goal semakin menjauh , tujuan sulit dicapai,” tabdasnya.
Dalam kegiatan ini hadir seluruh fasilitator loka dari lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Pesisir Barat Lampung, yaitu Sega Selviana, Rima Saputra, Nurlaily, Rika Wati, Ria Fitri dan Putri Handayanidi. Kegiatan dipandu langsung oleh Irpan Hilmi sebagai ketua yayasan sekaligus pengannggung jawab program didampingi oleh tim leader atau tim ahli lainnya, yaitu Saepullah, Encep Ade dan Ahmad Vebrizal.
Pada pelaksaan Coaching ini dibahas pentingnya fasilitator memahami aplikasi, penggunaan dan pengisian tools coaching yang dimaksudkan dalam kegiatan ini. “Hal ini penting agar kegiatan ini terekam, tercatat dan terlaporkan sesuai dengan harapan bersama,” kata Irpan.
Ia mengungkapkan, semua fasilitator dalam kegiatan coaching kali ini cukup antusias dan mau belajar. “Sehingga, akhir dari kegiatan coaching ini fasilitator dapat memahami, mempresentasikan, mensimulasikan dan tentunya dapat mempraktekan coaching dan bagimana mengisi tools-tools coaching yang akang dipakai selama kegiatan kejar mutu pendidikan melalui pendmpingan psikososial dan penguatan modul pembelajaran selama masa pandemi Covid-19 berlangsung,” ujarnya.