REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Desainer busana Didiet Maulana mengatakan bahwa memadu-padankan kebaya tradisional dengan menambahkan sentuhan modern adalah cara yang cukup efektif untuk mengenalkan kebaya ke khalayak luas. Cara ini cukup jitu, termasuk generasi muda Indonesia.
"Kebaya sekarang bukan hal formil, ada banyak bentuk inspirasi kebaya saat ini. Misalnya dengan tidak mengenakan kain (tradisional, untuk bawahan) dan malah dipadukan dengan celana, lalu lebih casual," kata Didiet dalam peluncuran buku "Kisah Kebaya", yang dihelat secara virtual, Senin (18/1).
"Dan dengan semakin sering kita pakai di berbagai macam bentuk dan kegiatan, harapannya semoga kebaya bisa setara dengan kain Sari di India, hingga Kimono di Jepang," ujarnya melanjutkan.
Bicara tentang Kimono dari Jepang, Didiet membagikan pengalamannya ketika berkunjung ke salah satu sekolah mode di Negeri Sakura tersebut. Ia mengatakan, di sana, anak mudanya dikenalkan kain dan pakaian tradisional Jepang untuk kemudian dikreasikan dengan tren yang kekinian.
"Di salah satu sekolah mode di Tokyo, ada satu chapter tentang Kimono, dan mereka (siswa) diajak agar Kimono bisa dimodifikasikan ke sesuatu yang relevan. Seperti menggunakan kain denim, hingga linen," kata Didiet.
"Untuk adaptasi, tidak harus kuno. Kita harus bisa melihat keadaan dan tren di sekeliling kita," ujarnya menambahkan.
Ketika disinggung mengenai bagaimana minat dan peran anak muda Indonesia dalam menggunakan kebaya dan kain tradisional, Didiet menilai generasi muda Tanah Air mampu mengenalkan kedua produk tekstil kebanggaan negeri lebih luas lagi. Banyak gerakan anak-anak muda yang inspiratif lewat TikTok dan platform media sosialnya dengan memakai kebaya dan kain tradisional.