Rabu 20 Jan 2021 00:30 WIB

Parler Dikabarkan akan Beroperasi Normal Akhir Januari

Meski sudah bisa online sejak Ahad lalu, Parler belum bisa beroperasi penuh.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nora Azizah
 Meski sudah bisa online sejak Ahad lalu, Parler belum bisa beroperasi penuh.
Foto: EPA-EFE/CRISTOBAL HERRERA-ULASHKEVICH
Meski sudah bisa online sejak Ahad lalu, Parler belum bisa beroperasi penuh.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Setelah sempat offline, Parler, layanan jejaring sosial dan mikroblog Amerika Serikat, memang mulai online kembali sejak Ahad (17/1) lalu. Meski begitu, situs media sosial yang dikepalai John Matze ini masih belum dapat beroperasi penuh. Parler dikabarkan baru akan beroperasi normal pada akhir Januari mendatang.

"Kembalinya kami tak terhindarkan karena kerja keras, dan kegigihan melawan segala rintangan," tulis CEO Parler John Matze di situs web Parler yang dikutip di Cnet, Selasa (19/1).

Baca Juga

"Terlepas dari ancaman dan pelecehan, tidak satu pun karyawan Parler yang berhenti. Kami menjadi lebih dekat dan lebih kuat sebagai sebuah tim," ujarnya menambahkan.

Situs jejaring sosial menjadi gelap ketika Amazon memutuskan berhenti menyediakan layanan cloud hosting Parler. Hal ini dilakukan setelah terungkapnya Parler sebagai platform itu digunakan untuk membantu mengatur serangan Capitol Hill pada 6 Januari, yang menewaskan lima orang. Tindakan Amazon diikuti oleh Apple dan Google yang meniadakan aplikasi Parler dari toko masing-masing.

Pertanyaan telah diajukan tentang bagaimana Parler kembali online setelah dikeluarkan dari internet. Menurut WHOIS, protokol internet, domain Parler telah terdaftar di Epik Inc, perusahaan domain AS.  Namun, perusahaan yang didirikan Rob Monster itu mengatakan, perusahaan tidak memiliki kontak atau diskusi dengan Parler dalam bentuk apapun 

Mengutip seorang ahli infrastruktur, sebuah laporan Reuters menunjukkan alamat IP yang digunakan Epic adalah milik DDos-Guard, yang dikendalikan oleh dua pria Rusia dan menyediakan layanan termasuk perlindungan dari serangan penolakan layanan terdistribusi. Perusahaan yang memiliki DDos-Guard disebut Cognitive Cloud LP, menurut laporan itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement