REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ketua tim pengembang Genose UGM, Kuwat Triyana, mengaku prihatin atas pertambahan kasus covid yang hampir setiap hari terus meningkat. Itu pula yang mendorong pengembangan Genose agar deteksi covid bisa dilakukan cepat.
Ia mengungkapkan, pengembangan Genose untuk deteksi covid sebenarnya dilakukan tidak sengaja lantaran awalnya ditujukan untuk Tuberculosis. Namun, merebaknya covid di dunia mendorong mereka mengalihkan penelitian untuk mendeteksi covid.
"Kami modifikasi sistemnya, sensornya maupun AI-nya (kecerdasan buatan)," kata Kuwat dalam webinar Inovasi Teknologi Kemandirian Alat Kesehatan Anak Bangsa.
Genose menggunakan analisis nafas yang sebenarnya dalam dunia sudah dilakukan banyak orang. Memanfaatkan aktivitas pathogen seperti bakteri dan virus dalam jaringan tubuh yang menghasilkan senyawa yang khas untuk tiap jenis penyakit.
Senyawa volatil tersebut secara umum ke luar melalui saluran pernafasan, misal kanker paru saat ini mudah didiagnosis dengan analisis nafas yang tepat. Tapi, metode GC-MS yang selama ini ada dirasa sangat rumit dan instrumennya mahal.
"Jelas tidak sesuai untuk penggunaan sehari-hari maupun dalam keadaan cepat," ujar Kuwat.
Kondisi serupa turut ditemui dalam pengembangan biomarker, yang menandakan seseorang terinfeksi covid melihat kandungan etil butanoat dalam nafasnya. Identifikasi mengenai biomarker yang tidak akan cepat sulit menjadi acuan.
Dalam perjalanannya, lanjut Kuwat, Genose diteliti berdasarkan standart good clinical practice. Baik selama proses perancangan, pelaksanaan, dokumentasi dan pelaporan penelitian dengan subyek penelitiannya merupakan manusia.