Oleh : Rusdy Nurdiansyah/Jurnalis Republika
REPUBLIKA.CO.ID, Rabu 28 November 2001, usai berbuka puasa, waktu menunjukkan pukul 18.30 WIB. Sesosok pria berkaos putih, celana hitam, dan bertopi biru, tak hentinya menebar senyuman, diikuti segerombolan orang yang memegangi tangannya, tiba di Mapolda Metro Jaya.
Sontak terdengar bunyi ceprat-cepret sahut-menyahut diikuti kilatan lampu blitz dari kamera puluhan fotografer. Para fotografer membidikkan kameranya dari jarak kurang lebih tiga meter yang dibatasi police-line. Aku pun tak ketinggalan melontarkan jepretan dengan fokus ke sosok pria ganteng yang cukup dikenal publik, Tommy Soeharto.
Tak sampai satu menit, putra mahkota mantan Presiden Soeharto itu menghilang dari bidikan, masuk ke Gedung Mapolda Metro Jaya, menuju ruang Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Sofyan Jacob.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Anton Bachrul Alam meminta para fotografer dan reporter masuk ke aula untuk jumpa pers. Tampak, Tommy diapit Kapolda dan Pangdam Jaya, Mayjen Bibit Waluyo, Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Bambang Hendarso Danuri, dan Kasat Serse Polda Metro Jaya yang jadi Ketua Tim Kobra, Kompol Tito Karnavian.
Jumpa pers hanya berlangsung kurang lebih 10 menit dengan pemaparan singkat kronologis penangkapan. Lampu blitz kamera tak henti-hentinya menghujani wajah Tommy.
Tidak ada tanya jawab dengan Pangeran Cendana yang hanya melemparkan senyum dengan tatapan tajam. Republika menerjunkan empat orang, aku dan Bachtiar Phada (fotografer) serta Maman Sudiaman dan Lukmanul Hakim (reporter) dalam liputan jumpa pers penangkapan Tommy.
Tim Kobra merupakan tim khusus yang dibentuk untuk memburu Tommy sejak dinyatakan buron pada 3 November 2000. Tim Kobra berhasil menghentikan pelarian Tommy selama 387 hari di rumah persembunyiannya di Jalan Maleo II Nomor 9 Blok JB-4-7, Sektor IX, Kompleks Bintaro Jaya, Pondok Aren, Tangerang, Banten, pada Rabu 28 November 2001, pukul 16.00 WIB.
***
Malam takbiran Sabtu 15 Desember 2001, aku ditugaskan redaktur foto Bachtiar Phada (almarhum) untuk berjaga-jaga di depan rumah tahanan (Rutan) Mapolda Metro Jaya hingga Sholat Idul Fitri, Ahad 16 Desember 2001. "Rus, loe jagain Tommy ya. Kayaknya Tommy pulang, lebaran ke Cendana. Loe jagain sampai Shlat Id selesai," ujar Bachtiar.
"Siap perintah," jawabku. Bagiku, tugas ini merupakan liputan eksklusif yang cukup menantang, jadi kebanggaan bagi seorang jurnalis. Sebelum tiba waktu berbuka aku sudah tiba di depan Rutan Mapolda Metro Jaya.
Tak ada satu pun wartawan. Hanya terlihat beberapa orang keluarga tahanan yang membawa makanan dan minuman berbuka puasa. Usai Magrib, gema takbir berkumandang. Aku tak beranjak duduk bersandar di tangga di antara pintu masuk rutan dan ruang reserse Mapolda Metro Jaya.
Malam kian terasa larut. Waktu menunjukkan pukul 23.00 WIB. Suasana semakin sepi diterpa hembusan angin. Tidak ada tanda-tanda Tomny akan keluar tahanan. Namun, aku tetap tak beranjak dari sekitar rutan. Kantuk menghinggapi kelopak mata. Aku duduk berselonjor memejamkan mata sejenak.
Suara adzan Subuh berkumandang, membangunkanku. Terdengar sedikit kesibukan beberapa orang lalu-lalang. Sesekali pintu baja rutan dibuka yang diikuti beberapa petugas kepolisian keluar masuk. Usai Shalat Subuh, suasana aktivitas di depan pintu rutan kian ramai. Terlihat seorang pria yang aku kenal sebagai pengawal Tommy sibuk mempersiapkan sesuatu, mondar-mandir dari kendaraannya ke depan pintu rutan.
Aku dengan sigap mempersiapkan dan melakukan pengecekan kamera dan lampu blitz serta mengambil posisi yang pas untuk dapat menjepret Tommy saat hendak keluar dari rutan. Ternyata aku tak sendiri, tiba-tiba seorang rekan fotografer dari media Berita Kota, Ucok Bangun, ikutan mengambil posisi memotret.
Tak lama kemudian, kurang lebih pukul 05.30 WIB, tampak Tommy keluar dari dalam rutan dikawal dua orang polisi berpakaian preman dan seorang pengawal Tommy. Tak menyia-nyiakan situasi, aku dan Ucok langsung jeprat-jepret diikuti kilatan lampu blitz, sambil bertanya memastikan, "Mas Tommy mau kemana? Mau berlebaran ke Cendana ya?"
Tommy tampak bingung, hanya tersenyum dengan tatapannya yang tajam. Sadar ada wartawan, polisi langsung memeluk Tommy untuk berbalik agar tidak terekam kamera dan kembali ke dalam rutan.
Pengawal Tommy yang memperkenalkan diri bernama Leman langsung menghampiri kami berdua. "Kalian ngapain di sini, Mas Tommy cuma mau diperiksa kok," ujar Leman dengan ramah.
"Mas Tommy, Shalat Id di mana?," aku mencoba bertanya.
"Waduh, saya nggak tahu," jawab Leman.
Shalat Id berlangsung di lapangan Mapolda Metro Jaya. Aku dan Ucok sepakat berbagi tugas. Ucok mengambil foto Kapolda Metro Jaya beserta jajarannya yang sedang melaksanakan shalat Id. Sementara, aku tetap menunggu di depan pintu gerbang rutan. Tak lama kemudian Ucok kembali dan menjaga pintu gerbang rutan. Lalu, giliran aku mengambil foto Shalat Id.
Usai Shalat Id, staf ajudan Kapolda Metro Jaya memanggil kami berdua untuk ikut mencicipi hidangan ketupat Lebaran di aula Mapolda Metro Jaya. Ucok tetap menunggu di depan pintu gerbang rutan, aku mendatangi aula dan bersama Kapolda Metro Jaya dan jajaranya menikmat ketupat Lebaran. Tampak juga beberapa wartawan, di antaranya wartawan Republika Maman Sudiaman dan Lukmanul Hakim atau LHK (almarhum).
Usai bersantap, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Sofyan Jacob didampingi Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Anton Bachrul Alam memberi keterangan keberadaan Tommy yang kali pertama berlebaran di Rutan Polda Metro Jaya. "Tommy tadi Shalat Id di dalam," jelas Kapolda.