REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: DR Nasir Tamara, Mantan Wakil Pimred Republika dan Dosen Pasca Sarjana UGM.
Malam Rabu 20 Januari 2021 -di Washington pagi hari- ada tontonan politik yang amat menarik. Bagi seluruh dunia. Penuh dengan drama dan tragedi. Ini juga sebuah simbol upaya mengembalikan prinsip-prinsip-prinsip mulia demokrasi di negara terkuat secara militer dan ekonomi terbesar di dunia yaitu Amerika Serikat.
Tentunya akan menjadi catatan sejarah yang penting bagi dunia karena selama ini Amerika Serikat menjadi model dari demokrasi dan kemajuan ekonomi, budaya dan peradaban untuk banyak pemimpin.
Berkat teknologi digital setiap orang dapat menyaksikan langsung saat itu juga peralihan kekuasaan dari Presiden yang didukung oleh Partai Republik Donald Trump kepada Joe Biden Presiden terpilih yang didukung oleh Partai Demokrat. Pemeluk agama Katolik kedua setelah Presiden Kennedy menjabat Kepala Negara.
Dunia amat terkejut melihat Amerika setelah penyerbuan Capitol, gedung Parlemen Amerika oleh para pendukung fanatis Presiden Donald Trump yang menyebabkan banyak orang meninggal dan luka-luka. Biasanya itu hanya terjadi di negara-negara berkembang, dunia ke tiga. Hal yang dianggap mustahil, ‘insurrection’ terjadi setelah pidato-pidato dari Trump dan lingkaran terdekatnya di White House.
Inilah sebuah pelajaran bahwa demokrasi itu bisa sakit dan mati bila tidak dijaga.