REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 membuat anak kerap terpapar oleh cerita menyeramkan hingga terisolasi dari teman sepermainan. Perubahan di masa pandemi ini turut memicu peningkatan kasus kecemasan di kalangan anak.
"Pada banyak anak (yang mengalami kecemasan), mereka akan mengalami mimpi yang jelas, tidur terganggu, masalah seputar makan, dan lainnya," jelas psikoterapis Noel McDermott saat menyampaikan tanda klasik dari kecemasan, seperti dilansir Metro.
McDermott mengatakan, anak-anak kecil cenderung berupaya menyembunyikan perasaannya ketika merasa cemas. Hal ini mereka lakukan untuk "melindungi" orang tua mereka dari kecemasaN yang mereka rasakan.
"Akan tetapi, kondisi itu akan terihat dengan cara lain," tambah McDermott.
Salah satunya terihat ketika anak melakukan permainan pura-pura. Dalam permainan pura-pura tersebut, anak yang memiliki kecemasan biasanya menuangkan kecemasan mereka ke dalam cerita di permainan, Misalnya, memasukkan cerita tentang ayah dan ibu mengalami sakit dan membutuhkan bantuan rumah sakit.
"Sedangkan pada remaja, kecemasan sering kali terlihat sebagai diskoneksi ('Saya tidak peduli, saya tidak mau bicara tentang itu') dan melalui perilaku penghindaran," ujar McDermott.
McDermott mengatakan, penghindaran dan sikap menunda-nunda merupakan tanda klasik dari kecemasan. Pada anak yang lebih tua, kecemasan juga tampak lebih sering dilaporkan orang tua di masa pandemi.