REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan bahwa pilkada DKI Jakarta sangat ditentukan oleh konstelasi politik nasional. Oleh karena itu, kemungkinan kontestasi pilkada DKI Jakarta akan diramaikan oleh dua pasang calon, yaitu antara partai pendukung koalisi pemerintah dan partai koalisi oposisi.
"Kita tahu hubungan PDIP dengan Partai Gerindra sangat erat, sebagaimana tercermin dari gestur politik dari Ibu Mega dan Pak Prabowo. Karena itulah, kemudian saya melihat kalau ada Pilkada Jakarta 2022, kecenderungan koalisi di antara keduanya sangat besar," kata Qodari dalam pesan suaranya kepada Republika, Jumat (29/1).
Dia memprediksi, calon kuat yang akan diusung oleh PDI Perjuangan, yaitu Menteri Sosial Tri Rismaharini. Sebab, Risma dianggap cukup berhasil memimpin Kota Surabaya selama dua periode.
"Pilkada (Surabaya) yang kedua menang di atas 80 persen, sebagai sebuah penanda tingkat kepercayaan masyarakat Surabaya kepada Bu Risma," ujarnya.
Sedangkan, sosok yang paling mungkin mendampingi Risma, yaitu Wakil Gubernur DKI Jakarta petahana Ahmad Riza Patria. Apalagi, PDI Perjuangan dan Partai Gerindra sama-sama memiliki banyak kursi di DPRD DKI Jakarta.
"Gabungan PDIP dan Gerindra itu secara presentase sudah sekitar 40 persen dari kursi DPR di DKI Jakarta," tuturnya.