Senin 01 Feb 2021 14:20 WIB

Wismoyo: Militer Tulen Tapi Humanis

Suatu hari, Wismoyo Arismunandar mengundang wartawan yang mengkritiknya pedas.

Jenderal Feisal Tanjung (kiri) dan Jenderal Wismoyo Arismunandar hadir di Upacara serah terima jabatan (sertijab) Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pangab) dari Try Sutrisno kepada Edi Sudrajad di Mabes Tentara Nasional Indonesia Cilangkap Jakarta Timur (20/2/1993).Bakhtiar Phada/Republika
Foto: DOKREP
Jenderal Feisal Tanjung (kiri) dan Jenderal Wismoyo Arismunandar hadir di Upacara serah terima jabatan (sertijab) Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pangab) dari Try Sutrisno kepada Edi Sudrajad di Mabes Tentara Nasional Indonesia Cilangkap Jakarta Timur (20/2/1993).Bakhtiar Phada/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, --- Oleh Fritz E Simandjuntak, Pengurus KONI Pusat periode 1995-2002

Ketika diminta kesediaan sebagai salah satu pengurus KONI Pusat periode pertama Wismoyo Arismunandar 1995-1999, saya berkesempatan berdialog dengan almarhum di rumah dinas KSAD Jalan Gatot Soebroto Jakarta.

Saya memberanikan diri mengungkapkan bahwa saya mantan aktivis yang termasuk blacklist di pemerintahan Soeharto. 

Saya tidak bisa jadi PNS, setiap kali ke luar negeri harus minta ijin khusus, dan ditolak di perusahaan yang memiliki kerjasama dengan pemerintah.

Wismoyo sempat terdiam sejenak, dan menyatakan bahwa kita bekerja untuk membangun kehormatan bangsa melalui olahraga. Bukan berpolitik. “Prestasi dan kesejahteraan atlet harus ditingkatkan. Kamu bantu saya sebagai Wakil Ketua Bidang Anggaran yang berjuang mendapatkan sponsor”, katanya. 

Sayapun sempat tertegun dan langsung menerima tugas dan peran saya di KONI Pusat.  Sejak pertemuan pertama itulah saya percaya dan kagum terhadap Almarhum Wismoyo Arismunandar karena melalui olahraga beliau bertekad membangun kehormatan bangsa Indonesia.  

Tahun 1995 itu pula saya ditugaskan mendampingi tim Olympiade Indonesia yang berkebutuhan khusus di bawah naungan Special Olympics Indonesia (SOIna) ke New Haven, Amerika Serikat. Selama di sana saya diminta untuk mempelajari bagaimana Amerika Serikat menjalin hubungan baik dengan sponsor. Dan apa yang harus dilakukan KONI Pusat ke depannya. 

Tentu saja dalam laporan saya ke beliau, faktor faktor kemanusiaan dari Special Olympics yang khusus dirancang oleh The Joseph P. Kennedy Jr. Foundation juga saya laporkan. Dan beliau serius meminta penjelasan yang lebih detil.

Olympiade dengan motto “Let me win. But if we can not win, let me be brave in the attempt” tahun 1995 tersebut diikuti oleh 7000 atlet dari 143 negara dalam 21 cabang olahraga.  Dibuka oleh Presiden Clinton, beberapa kepala negara dari El Salvador, Boswana, Mali Portugal, serta selebritis olahraga seperti Pele, Florence Griffith, Nadia Comaneci turut hadir. 

Kemudian saya jelaskan rencana kerja untuk menggalang sponsor menghadapi Olimpiade 1996 di Atlanta.  Sementara untuk SEA Games 1995 di Chiang Mai saya berterus terang sangat sulit diperoleh karena waktunya yang sudah sempit.  Beliau mengatakan untuk SEA Games 1997 kita akan mendapat bantuan dari pada pengusaha pejuang yang peduli dengan olahraga. Hal itu membuat saya lega dan ternyata beliau pandai dalam “encouraging the heart” bawahannya.

Satu hal yang cukup menyulitkan saya adalah birokrasi yang kaku di KONI Pusat. Seperti layaknya organisasi pemerintahan saat itu, semua surat keluar harus dilakukan oleh Sekretaris Jenderal. 

Padahal saat itu surat elektronik sudah mulai digunakan. Dan dalam proses negosiasi dengan sponsor diperlukan komunikasi berkali kali yang akan lama prosesnya kalau harus dilakukan oleh Sekretaris Jenderal. 

Saya meminta pengecualian ke beliau, didampingi oleh Almarhum Togi Hutagaol dan Bapak R Warouw.

Dengan arahan Pak Wismoyo saya diijinkan melakukan komunikasi langsung dengan para sponsor melalui surat menyurat baik elektronik maupun surat biasa sepanjang tidak ada komitmen yang berkaitan dengan anggaran. Ini sangat membantu proses mencari sponsor termasuk komunikasi dan negosiasi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement