REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO--Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengadakan pelatihan pencegahan dan penanganan Covid-19 untuk tenaga satuan pengamanan (Satpam) yang di gelar secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting pada Selasa (2/2). Pelatihan bertujuan agar tenaga Satpam memahami cara penanganan dan pencegahan Covid-19 di area kampus terutama kepada civitas akademika.
Ketua Gugus Tugas Covid 19 UMS, EM Sutrisna, memandang satpam menjadi pihak yang penting sekaligus sebagai garda yang terdepan dalam pencegahan Covid-19 di area kampus.
Sebab, para satpam ini nantinya yang bertugas untuk melakukan screening kepada tamu yang datang ke kampus. Satpam juga yang membantu mengkondisikan orang-orang agar tetap menjaga jarak, menghindari kerumunan serta menegakkan protokol kesehatan dalam kegiatan-kegiatan luring sehingga acara berjalan dengan baik dan tetap aman.
EM Sutrisna menjelaskan, Gugus Tugas Covid-19 UMS telah membuat SOP yang harus ditaati dan direkomendasikan. Menurutnya, semua SOP itu muaranya satu, yakni untuk menjaga keselamatan bersama.
Dia juga menegaskan, di situasi pandemi seperti ini setiap orang harus diposisikan seakan-akan dia itu terpapar, sampai ada bukti maupun hasil lab yang menyatakan orang tersebut sehat. "Dengan titik tolak seperti itu maka di manapun kita berada maka akan selalu menerapkan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas)," kata EM Sutrisna seperti tertulis dalam siaran pers, Rabu (3/2).
Sesi pelatihan tersebut menghadirkan tiga dosen UMS sebagai pembicara, di antaranya Ida Witiasai, Noor Alis Setiyadi, dan Mahasri Shobahiya. Dalam pemaparannya, Ida Witiasai, mengatakan, meski sekarang sudah ada vaksin tetapi vaksin itu bukanlah obat sehingga masyarakat tidak boleh lengah. Dia menjelaskan tentang risiko yang dapat berakibat fatal jika Covid-19 menyerang orang-orang lanjut usia, ibu hamil, perokok, penderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis, ginjal, gangguan pernapasan serta orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah seperti penderita kanker ataupun autoimun.
Pembicara selanjutnya Noor Alis Setiyadi, menjelaskan terkait di mana saja virus tersebut bertahan dan pada level suhu berapa. Menurutnya virus tersebut bisa bertahan pada besi selama lima hari, di Kayu empat hari, dan di kertas kurang dari empat atau lima hari."Kemudian di gelas bisa bertahan lima hari, di plastik kurang dari lima hari, PVC lima hari, karet silicon lima hari, sarung tangan medis kurang dari delapan jam. Baju disposable/ sekali pakai itu bisa mencapai 24 jam sampai dua hari. Di keramik lima hari dan teflon lima hari," terangnya.
Menurutnya, virus tersebut pada jenis bahan berbeda dapat tetap menular dari dua jam sampai sembilan hari. Noor Alis menambahkan, suhu yang lebih tinggi seperti 30 derajat atau 40 derajat Celsius dapat mengurangi durasi persistensi yang sangat pathogen.
Sehingga untuk mengurangi penempelan pada benda bisa dilakukan dengan penyemprotan disenfektan pada permukaan dengan natrium hipoklorit 0,1 persen atau etanol 62 – 71 persen karena cairan tersebut secara signifikan dapat mengurangi disenfektivitas virus Corona pada permukaan dalam waktu paparan satu menit.
Sedangkan Mahasri Shobahiya memaparkan terkait usaha-usaha dari kampus yang melalui Gugus Tugas Covid-19. Ada beberapa SOP yang dilakukan untuk mencegah dan menangani penyebaran virus ganas ini. Pertama, tracking kasus Covid-19 di lingkungan UMS. Kedua, alur informasi hasil pemeriksaan covid 19 bagi civitas akademika. Selain itu, preventif pencegahan Covid-19 di kalangan dosen dan tenaga kependidikan. Kemudian, preventif di kalangan mahasiswa, serta pembelajaran teori dan praktium selama masa pandemi.