Sabtu 06 Feb 2021 03:28 WIB

Peneliti Sebut Efek Samping Vaksin Covid Bukan Hal Buruk

Efek samping memberi kesan bahwa sistem kekebalan tubuh merespons vaksin.

Rep: Eva Rianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang petugas kesehatan bereaksi saat menerima dosis vaksin COVID-19 di pusat vaksinasi di Denpasar, Bali, Indonesia, 04 Februari 2021.
Foto: EPA-EFE/MADE NAGI
Seorang petugas kesehatan bereaksi saat menerima dosis vaksin COVID-19 di pusat vaksinasi di Denpasar, Bali, Indonesia, 04 Februari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sekitar satu dari tiga orang yang baru-baru ini menjalani vaksinasi Covid-19 oleh National Health Service (NHS) melaporkan beberapa efek samping. Para peneliti Inggris menyampaikan efek samping tersebut hanya umum semisal rasa sakit di sekitar tempat suntikan, bukan efek samping yang serius.  

Para peneliti meminta umpan balik melalui aplikasi, dari orang-orang yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Pfizer-BioNTech pada awal Januari lalu. Tim aplikasi Zoe dari King's College London menemukan, 37 persen orang yang divaksin mengalami efek samping seperti nyeri atau bengkak di dekat area yang disuntik setelah dosis pertama. Angka itu meningkat menjadi sekitar 45 persen dari 10 ribu orang yang telah menerima dua dosis.

Baca Juga

Kemudian, sebanyak 14 persen memiliki setidaknya satu efek samping di seluruh tubuh (sistemik), seperti demam, sakit, atau menggigil dalam tujuh hari sejak dosis pertama. Angka juga meningkat menjadi sekitar 22 persen setelah dosis kedua.

Para peneliti mengungkapkan, beberapa efek samping bukanlah hal yang buruk. Efek samping yang muncul dinilai bukanlah penyakit tersendiri, melainkan respons tubuh terhadap vaksin. “Vaksin Covid-19 tidak mengandung virus pandemi dan tidak dapat menyebabkan penyakit,” ujar para peneliti, dilansir dari bbc, Jumat.

Efek samping yang bermunculan akan menjadi lebih baik dalam beberapa hari. Para peneliti menyebut, sejauh ini semua percobaan medis dan pengalaman dunia nyata menunjukkan bahwa vaksin aman dan efektif.

Dr. Anna Goodman dari Guy’s and St. Thomas Hospital di London mengatakan, efek samping mungkin tidak menyenangkan tetapi memberi kesan bahwa sistem kekebalan tubuh merespons vaksin. Namun, kata dia, orang masih perlu mengikuti aturan jarak sosial karena perlindungan vaksin mungkin tidak 100 persen.

Peneliti aplikasi Lead Zoe, Prof Tim Spector menambahkan, siapapun yang mengalami demam atau gejala lain yang menunjukkan Covid-19 harus menjalani tes, bahkan jika mereka telah divaksinasi.

“Karena kamu lebih banyak demam, bukan berarti kamu lebih kebal. Anda tidak bisa menganggapnya begitu meskipun itu menunjukkan bahwa sistem kekebalan Anda tentu saja bekerja,” ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement