Selasa 09 Feb 2021 05:59 WIB

AYPI Kupas Kaitan Falsafah Minang dan Pendidikan

Ilmu jadi jembatan menuju pencapaian iman dan takwa.

Asosiasi Yayasan Pendidikan Indonesia (AYPI) menggelar diskusi bulanan bertema
Foto: Dok AYPI
Asosiasi Yayasan Pendidikan Indonesia (AYPI) menggelar diskusi bulanan bertema "Menuju Peradaban Madani, Unggul dan Berakhlak Mulia", Sabtu (6/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Asosiasi Yayasan Pendidikan Indonesia (AYPI) menggelar diskusi yang mengupas kaitan falsafah Minang dengan dunia pendidikan. Diskusi bulanan yang mengusung tema "Menuju Peradaban Madani, Unggul dan Berakhlak Mulia" itu diadakan di Sekretariat AYPI Kota Wisata Bogor, Jawa Barat, Sabtu (6/2).

Diskusi itu dihadiri sejumlah pengurus AYPI. Mereka adalah H E  Afrizal Sinaro (ketua Dewan Pembina), Hj  Draga Rangkuti (anggota Dewan Pembina), Mirdas Eka Yora (ketua umum),  Mansur (sekretaris umum), Dadan dan  Rini.

Afrizal Sinaro mengemukakan, falsafah Minangkabau, yakni Filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Alam Takambang Jadi Guru mengandung makna hakiki tentang keberadaan adat budaya acuan hidup masyarakat. 

“Ini sebuah pengakuan adat tidak ada yang bertentangan dengan dengan nilai-nilai Pancasila. Jika ada perbedaan ini bukan berarti pertentangan,” kata Afrizal dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Lalu, apa hubungannya falsafah Minang itu dengan konsep pendidikan? “Ketika kita mencoba mengkaji terori-teori pendidikan sejak awal pendidikan formal dikenalkan dalam peradaban manusia sampai pada perkembangan mutakhir, dan begitu dirarik ke ajaran Islam , ternyata semua teori itu telah dijelaskan dengan sempurna oleh Al-Quran.  Ini semakin menguatkan  keyakinan kita bahwa Islam dan Alquran merupakan payung dari semua ilmu yang ada di alam ini,” ujar Mirdas Era Yora.

Jadi, Mirdas menambahkan,  pada hakekatnya, semua ilmu pengetahuan adalah strategi dan metode untuk memahami sunnatullah. Ini juga memiliki makna bahwa ilmu pengetahuan adalah metode utk memahami alam sebagai firman Ilahi.

“Dalam konteks inilah, ilmu menjadi jembatan untuk  menuju pencapaian iman dan takwa,” kata Mirdas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement