Rabu 10 Feb 2021 20:30 WIB

Hati-Hati, Kurang Tidur Bisa Perparah Gejala Depresi

Peneliti menganalisis data dari 5.026 orang dewasa.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Infografis Waspada Gejala Depresi
Foto: republika.co.id
Infografis Waspada Gejala Depresi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Durasi tidur yang pendek atau singkat dinilai mampu meningkatkan gejala depresi. Hal tersebut didasarkan pada hasil studi kohort prospektif yang diterbitkan dalam Journal of American Geriatrics Society.

"Meskipun gangguan dan kekurangan tidur telah terbukti memberikan efek independen pada depresi, namun masih sedikit yang diketahui tentang efek gabungannya terhadap depresi," kata Huiying Liu, PhD, dari Departemen Sosiologi di Central South University di China, dilansir di laman Healio, Rabu (10/2).

Khusus pada orang dewasa yang lebih tua, gangguan tidur dan kelemahan lebih sering saling terkait. Terdapat bukti bahwa hubungan antara kurang tidur dan depresi dapat dijelaskan oleh mekanisme saraf atau fisio bersama, misalnya, peradangan kronis, ritme sirkadian, dan hipotalamus–hipofisis-aksis adrenal (HPA) disregulasi hormon. Meskipun sebagian besar penelitian telah mengevaluasi efek kelemahan atau durasi tidur terhadap depresi, masih belum jelas apakah efek gabungan dari kelemahan dan durasi tidur lebih besar dibandingkan jumlah bagian-bagiannya.

Para peneliti berusaha mengevaluasi efek dari baseline dan perubahan keadaan kelemahan pada gejala depresi berikutnya, dan apakah durasi tidur mempengaruhi gejala-gejala ini. Mereka menganalisis data dari 5.026 orang dewasa yang tinggal di komunitas berusia 60 tahun atau lebih pada 2011 dan 2013.

Selanjutnya, mereka menggunakan skala fenotipe kelemahan fisik untuk mengukur kelemahan. Ada juga 10 item skala depresi pusat studi epidemiologi untuk mengukur tingkat gejala depresi.

Mereka memeriksa efek baseline dan transisi dalam keadaan lemah pada gejala depresi berikutnya. Peneliti menggunakan persamaan perkiraan umum yang disesuaikan untuk berbagai variabel perancu.

Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara keadaan awal prefrail, keadaan lemah, dan tingkat gejala depresi yang lebih tinggi dua tahun kemudian. Para peneliti mencatat hubungan antara transisi ke prefrail lemah, dan tingkat gejala depresi yang lebih tinggi di antara individu yang kuat pada awal, durasi tidur yang singkat mempercepat asosiasi ini.

Efek moderat dari durasi tidur pendek juga menunjukan ada beberapa cara untuk mengintervensi gangguan tidur. Latihan olahraga dan pengurangan stres berbasis kesadaran, dapat diterapkan untuk mengurangi efek kelemahan pada kesejahteraan psikologis. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement