REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Anggaran Kementerian Pertanian mengalami pemangkasan cukup besar pada 2021, yakni mencapai Rp 6,3 triliun dari pagu awal Rp 21,8 triliun menjadi Rp 15,5 triliun. Pemangkasan tersebut dilakukan kendati sektor pertanian berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional pada 2020.
Anggota Komisi IV DPR RI, Charles Meikansyah, mengatakan, pemangkasan anggaran itu sangat signifikan seperti yang terjadi pada 2020 lalu. "Kementan kembali harus alami realokasi dan refocusing anggaran penghematan. Ini yang kemudian kami heran dengan sikap pemerintah," kata Charles dalam sebuah webinar, Rabu (17/2).
Ia mengatakan, sektor pertanian saat ini tengah mengalami sejumlah tantangan yang serius. Terutama berkaitan dengan keberlangsungan para petani di Indonesia. Ia mengatakan, berdasarkan hasil riset LIPI dan Akatiga tahun 2015, menunjukkan kekhawatiran terkait regenerasi petani di INdonesia.
Data BPS tahun 2018 mencatat, jumlah petani usia di bawah 25 tahun hanya 273 ribu jiwa. Adapun usia 25-34 tahun sebanyak 2,9 juta jiwa. Jumlah petani didominasi usia 35-44 tahun sebanyak 6,6 juta orang dan usia 45-54 tahun yang mencapai 7,8 juta jiwa.
Adapun tantangan serius lainnya yakni soal kepemilikan lahan. Charles mengatakan, mayoritas petani di Indonesia hanyalah petani gurem dengan kepemilikan lahan di bawah 0,5 hektare (ha). Lebih detail, jumlahnya mencapai 16 juta orang. "Tentu ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kesejahteraan petani dan produktivitas rendah," katanya.
Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto, mengatakan, dari data statistik yang ada, sektor pertanian secara umum tumbuh 1,75 persen ketika pertumbuhan ekonomi nasional minus 2,07 persen akibat pandemi virus corona. Meski pertumbuhan pertanian melambat dari 2019, menurut Suhariyanto, capaian itu cukup menggembirakan. "Kita tidak bisa bayangkan kalau pertanian ikut terkontraksi, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa sangat dalam terkontraksi," katanya.
Tak hanya pada 2020, ia menambahkan, pada krisis ekonomi 1998 di mana ekonomi Indonesia minus hingga 13,16 persen, sektor pertanian juga menjadi penyelamat karena tetap mencatatkan pertumbuhan positif. "Memperhatikan itu, saya pikir kita harus berikan perhatian lebih. Tidak hanya soal output produksi, tapi mampu mengangkat kesejahteraan pelakunya yaitu petani," katanya menambahkan.
--