Jumat 19 Feb 2021 10:12 WIB

Mengenal Sel Dendritik Autolog, Teknologi Vaksin Nusantara

Teknologi sel dendritik autolog adalah yang pertama dilakukan di dunia.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Dwi Murdaningsih
Vaksin (ilustrasi)
Foto: AP Photo/LM Otero
Vaksin (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG --  Munculnya Vaksin Nusantara yang diprakarsai mantan menteri kesehatan Terawan Agus Putranto  mendapat berbagai respons. Vaksin ini dikembangkan tim peneliti dari PT. Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bersama AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat, dan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip). Tahapan uji klinis dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Peneliti Undip Yetty Movieta Nency mengatakan vaksin yang sedang dikembangkan ini adalah vaksin berbasis sel dendritik autolog yang merupakan komponen dari sel darah putih. Tujuan pemberian vaksin, adalah untuk merangsang respon imun spesifik terhadap antigen spike dari SARS CoV-2.

Baca Juga

Sel dendritik yang telah mengenali antigen akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali dan akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap virus corona.

"Prosedurnya bagaimana jadi subjek itu kita ambil darahnya kemudian kita ambil sel darah putihnya, kita ambil sel dendritiknya. Kemudian di dalam laboratorium kita kenalkan dia dengan recombinan dari virus SARS CoV-2. Jadi kita kenalkan kemudian setelah itu sel dendritiknya menjadi pintar bisa mengenali, sudah tahu bagaimana mengantisipasi virus kemudian dia kita suntikkan kembali," kata Yetty.

Menurut dia, pengembangan vaksin COVID-19 dengan metode berbasis sel dendritik ini diklaim menjadi yang pertama di dunia.

Baca juga : Vaksin Nusantara Prakarsa Terawan Didukung dan Dikritik

Dia mengatakan pengembangan Vaksin Nusantara saat ini memasuki uji klinis fase kedua. Fase pertama untuk mengetahui keamanan vaksin telah selesai dilaksanakan pada akhir Januari 2021. Uji klinis tahap pertama diberikan kepada 27 sukarelawan. Dia mengatakan hasil uji klinis dinyatakan baik tanpa ada keluhan berat.

Menurutnya, uji klinis fase dua ini dilakukan untuk menentukan efektivitas vaksin. Uji klinis akan diujikan kepada 180 sukarelawan vaksin sebelum memasuki uji klinis fase tiga guna menentukan pengaturan dosis untuk 1.600 sukarelawan vaksin.

Mantan Menteri Kesehatan Terawan Putranto di sela mendampingi kunjungan kerja anggota Komisi IX DPR RI di RSUP di sela kunjungan DPR menegaskan kehadiran Vaksin Nusantara bukan sebagai saingan vaksin sebelumnya. Kerja sama ini sudah dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/2646/2020 tentang Tim Penelitian Uji Klinis Vaksin Sel Dendritik SARS CoV-2 pada tanggal 12 Oktober 2020.

Selama ini teknologi sel dendritik masih dilakukan untuk pengobatan kanker melalui teknik rekombinan dengan mengambil sel, lalu dikembangkan di luar tubuh, sehingga dengan teknik tersebut, dapat dihasilkan vaksin.

Dalam dunia kedokteran, sel dendritik merupakan sel imun yang menjadi bagian dari sistem imun. Proses pengembangbiakan vaksin COVID-19 dengan sel dendritik akan terbentuk antigen khusus, kemudian membentuk antibodi. Metode ini hanya pembibitan sel dengan tujuan memproduksi antibodi dalam tubuh. Prosesnya dapat ditunggu sekitar tiga hari kemudian setelah itu sel dendritiknya disuntikkan kembali ke dalam tubuh.

Baca juga : Masker Medis Berlapis Masker Kain Lebih Ampuh

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement