Selasa 23 Feb 2021 17:19 WIB

Teddy Rusdy, SMA Taruna Nusantara, dan Cita-Cita Perjuangan

Berdirinya SMA Taruna Nusantara adalah hasil analisis intelijen LB Moerdani

Teddy Rusdy, Pelopor Pendirian SMA Taruna Nusantara Magelang
Foto: Istimewa
Teddy Rusdy, Pelopor Pendirian SMA Taruna Nusantara Magelang

Oleh : Takwa Fuadi, Ketua Umum Ikatan Alumni SMA Taruna Nusantara Periode 2001– 2008

REPUBLIKA.CO.ID. --- Sejak berdiri 30 tahun yang lalu, SMA Taruna Nusantara masih terus menarik minat pemuda-pemudi Indonesia untuk mengikuti pendidikan di sana. Terlebih, dengan 9.000-an alumni yang tersebar di seluruh dunia dalam beragam profesi seraya menorehkan berbagai prestasi, semakin menyemangati para orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sana.

Mungkin tidak banyak yang tahu kalau berdirinya sekolah ini merupakan hasil dari operasi intelijen. Kelahiran SMA Taruna Nusantara dibidani oleh orang-orang yang berlatar-belakang intelijen, yakni, yang bertugas di Badan Intelijen Strategis Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (BAIS ABRI). 

Baca Juga

Ide pendiriannya berawal dari analisis intelijen pendiri BAIS, Jenderal TNI LB Moerdani, saat itu Panglima ABRI. Pak Benny mempelajari perjalanan sejarah bangsa-bangsa dunia dan strategi-strategi yang mereka persiapkan dalam menyongsongAbad ke-21. Akhir Abad ke-20, sementara itu, ditandai dengan semakin derasnya arus globalisasi di segala bidang, yang makin mengaburkan batas-batas budaya, peradaban, bahkan bangsa dan negara.

Pak Benny menyimpulkan, bangsa-bangsa yang akan menjadi penyintas di abad ke-21 adalah mereka yang sanggup menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman seraya tetap mempertahankan jatidiri. Sebaliknya, nilai, paham, dan semangat kebangsaan yang rapuh, yang mudah diombang-ambingkan nilai-nilai asing yang belum tentu cocok, dapat membuat bangsa yang bersangkutan lemah, bahkan musnah sama-sekali dari peta politik-ekonomi global. 

Pelestarian dan pengembangan jatidiri bangsa, menurut Pak Benny, hanya dapat dilakukan melalui pendidikan. Untuk itulah beliau mempelajari berbagai sistem pendidikan baik di Indonesia maupun mancanegara, dari mulai pesantren-pesantren sampai beberapa sekolah berasrama di luar negeri. Dari studi-studi banding itu, sistem Taman Siswa diyakini Pak Benny paling cocok untuk tujuan melestarikan dan mengembangkan nilai, paham, dan semangat kebangsaan.

Hal ini disampaikan dalam sambutan resminya selaku Panglima ABRI pada 20 Mei 1988, dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-80 di Pendopo Agung Taman Siswa, Yogyakarta. Dalam menyongsong abad ke-21 diperlukan suatu sistem pendidikan khusus “…untuk mendapatkan tenaga inti kekuatan kebangsaaan yang berkualitas tinggi dan dapat terus memperjuangkan, melanjutkan, mengamati, menjaga, membangun, serta mengembangkan cita-cita bangsa Indonesia, tidak ubahnya seperti Perguruan Taman Siswa pada zaman Kebangkitan Nasional dahulu.”

Marsekal Muda TNI Teddy Rusdy selaku Asisten Perencanaan Umum ABRI merangkap Direktur E/Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan BAIS ABRI ditugasi Pak Benny untuk mewujudkan gagasan tersebut. Pak Benny memang sudah mengenal Pak Teddy Rusdy sejak beliau menjabat Asintel Hankam/Asintel Kopkamtib pada 1974,sedangkanPak Teddy Rusdy waktu itu masih berpangkat Mayor dan sedang mengikuti pendidikan di Seskoal. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement