Rabu 24 Feb 2021 16:32 WIB

Gara-Gara Ciliwung Kotor, Banjir Jakarta tak Terkontrol

Jakarta sudah kebanjiran dari sejak zaman VOC.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Karta Raharja Ucu
Banjir melanda Batavia
Foto: /UNIVERSITEIT LEIDEN
Banjir melanda Batavia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemberitaan soal banjir di Jakarta tak pernah terputus. Hampir setiap hari, bahkan jika hujan tidak turun, di beberapa wilayah Jakarta, khususnya di dekat aliran Sungai Ciliwung seperti di wilayah Kampung Melayu, pasti terendam air karena mendapatkan kiriman dari Bogor atau Depok. Lucunya ada seseorang yang mengklaim bisa mengatasi banjir dalam tempo 24 bulan alias dua tahun. Padahal, sepanjang sejarah, banjir belum bisa diatasi meski Jakarta sudah berganti kepemimpinan dari Gubernur Jenderal VOC hingga Gubernur DKI Jakarta. Jakarta sudah jadi langganan banjir sejak masih bernama Batavia.

Jakarta yang secara letak geografis terdiri dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, sudah menjadi hukum alam menjadi tempat air berkumpul. Guna mengantisipasi banjir, banyak kanal yang dibangun Belanda untuk memisahkan aliran sungai dan masyarakat.

Penulis buku Jakarta: History of a Misunderstood City, Herald van Der Linde mengatakan tahun 1689, sudah ada kabar kualitas air di Sungai Ciliwung memburuk. Kala itu, banjir sudah terjadi. Kabar tersebut ditemukan dalam surat Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) dalam buku “oud Batavia” oleh de Haan pada tahun 1921.

Herald menjelaskan beberapa banjir besar sempat terjadi antara tahun 1870 sampai 1880. Banjir terjadi sampai di kawasan Harmoni. Orang-orang saat itu sampai menggunakan kapal untuk menyelamatkan diri. “Saya tidak tahu pasti ketinggian banjirnya tapi orang saat itu naik menggunakan kapal, bisa dikatakan banjirnya sudah lumayan tinggi,” kata Herald kepada Republika.co.id, Ahad (21/2).

Tahun 1918 juga sempat terjadi banjir yang besar sampai pemerintah setempat memutuskan untuk membuat pintu air Manggarai dan kanal banjir barat yang didesain oleh van Breen. Penyebab banjir kata Herald bervariasi.

Ketika banjir melanda Batavia sekitar tahun 1700-an atau 1690-an, banjir disebabkan karena pembuangan sampah dari pabrik gula yang terletak di luar Batavia. Antara tahun 1650 sampai 1700-an pabrik gula dan perkebunan mulai banyak bermunculan di luar Batavia.

Nah pabrik gula membuang sisa dari gula yang mereka ambil. Mereka membuang saja ke sungai. Selain itu, juga banyak pohon yang dipotong untuk dibawa ke Batavia dan dimanfaatkan di Batavia,” ujar dia.

Selain pembuangan sampah pabrik gula, kondisi Sungai Ciliwung juga bisa menjadi penyebab banjir. Kala itu, Sungai Ciliwung dipenuhi berbagai macam benda, mulai dari kotoran sampai tumbuh-tumbuhan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement