REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Para penyintas Covid-19 kini dibayangi dengan sindrom Post-Acute Sars-CoV-2 (PASC), yaitu tetap merasa sakit atau mengalami gelaja meski sudah dinyatakan sembuh. Kepala penasihat medis Presiden AS, dr Anthony Fauci, memperingatkan sindrom ini bisa memengaruhi sebagian besar populasi.
Ada sejumlah makalah yang menjelaskan secara rinci ihwal ini. Fauci mengatakan salah satu makalah yang menyatakan bahwa sekitar 1.700 pasien Covid-19 di China mendapatkan sindrom PASC setelah dinyatakan sembuh.
Sebuah studi baru dari Universitas Washington juga menemukan sesuatu yang mengkhawatirkan, yaitu sekitar 30 persen dari pasien Covid-19 yang terdaftar melaporkan gejala sindrom PASC selama sembilan bulan setelah dinyatakan sembuh.
"Kelelahan adalah gejala yang paling umum dilaporkan dan gejala persisten dilaporkan oleh sepertiga dari pasien dengan penyakit ringan," ujar Fauci seperti dilansir di laman Eat This pada Kamis (25/2).
Fauci mengonfirmasi bahwa sindrom ini menghantui penyintas hingga berbulan-bulan pascadinyatakan sembuh dari Covid-19. Adapun gejala umum sindrom PASC termasuk kesulitan tidur, cemas, depresi, sesak napas, gangguan tidur, demam, gejala GI, bahkan ada beberapa orang yang mengalami kabut otak.
"Ingatlah ini adalah gejala post-acute. Setelah virus dibersihkan dari tubuh, gejala baru kadang-kadang muncul dan dapat bertahan selama berbulan-bulan. Gejala mulai dari gangguan ringan hingga sangat mengganggu," jelas Fauci.
Namun di sisi lain, Fauci juga membawa kabar baik ihwal sindrom ini. Menurut Fauci, saat ini Institut Kesehatan Nasional AS telah menganggarkan dana penelitian sebesar 1,15 miliar dollar AS untuk meneliti sindrom PASC.
"Saya senang untuk mengatakan bahwa NIH sudah berinisiatif melakukan penelitian tentang sindrom yang membingungkan ini," kata Fauci.
Fauci juga kembali mengingatkan agar masyarakat tetap mematuhi protocol kesehatan agar pandemi Covid-19 segera usai. Menjaga kebersihan, menjaga jarak sosial dan mendapatkan vaksinasi bisa menjadi ikhtiar untuk melawan Covid-19.