Ahad 28 Feb 2021 09:24 WIB

Puasa Intermitten Turunkan Risiko Terkena Kanker Payudara

Puasa intermiten adalah praktik beralih antara waktu makan dan waktu puasa panjang.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Kanker payudara adalah kanker paling umum kedua di Amerika Serikat (AS).
Foto: Pikrepo
Kanker payudara adalah kanker paling umum kedua di Amerika Serikat (AS).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker payudara adalah kanker paling umum kedua di Amerika Serikat (AS), yang mempengaruhi satu dari delapan wanita. Mengingat prevalensinya, banyak dari kita mencari langkah pencegahan mudah menurunkan risiko kanker, seperti makan makanan sehat dan seimbang.

Dilansir Womans World, Ahad (28/2), para ilmuwan percaya bahwa apa yang Anda makan memiliki peranan penting dalam pencegahan kanker payudara. Apa itu puasa intermiten? Puasa intermiten adalah praktik beralih antara waktu makan dan waktu puasa sepanjang hari. Biasanya, puasa berlangsung dari 12 hingga 16 jam diikuti dengan periode makan delapan hingga 12 jam.

Baca Juga

Praktik itu terkait dengan banyak manfaat kesehatan, termasuk penurunan berat badan, perbaikan sel, peningkatan kadar insulin, dan peningkatan kekebalan terhadap kondisi dan penyakit tertentu.

Ada berbagai jenis puasa dengan batasan waktu, tergantung pada kesehatan dan tujuan seseorang. Salah satunya adalah puasa berdasarkan ritme sirkadian, artinya makan hanya pada siang hari dan tidak makan pada malam hari.

Bagaimana puasa intermiten dapat menurunkan risiko kanker payudara? Ilmuwan sebelumnya menemukan bahwa obesitas meningkatkan risiko perkembangan setidaknya 13 jenis kanker, karena mengacaukan kadar insulin tubuh dan siklus sirkadian. Wanita pascamenopause juga berisiko tinggi terkena kanker payudara, karena usia dan perubahan kadar hormon.

Dalam studi hewan baru yang diterbitkan di Nature Communications, para peneliti menemukan bahwa puasa yang dibatasi waktu berdasarkan ritme sirkadian memiliki efek positif pada tingkat insulin, memulihkannya ke sensitivitas yang benar, dan juga mengurangi ukuran tumor dalam prosesnya.

Tidak seperti puasa intermiten yang lebih membatasi, puasa yang didasarkan pada ritme sirkadian tidak akan membuat Anda merasa kelaparan dalam prosesnya. "Makan yang dibatasi waktu memiliki efek positif pada kesehatan metabolisme dan tidak memicu rasa lapar dan mudah tersinggung, yang terkait dengan puasa jangka panjang atau pembatasan kalori," kata rekan postdoctoral di University of California, San Diego, Manasi Das.

Lebih baik lagi, hasil penelitian itu muncul tanpa perubahan pola makan atau olahraga pada subjek, yang berarti mudah untuk menerapkan teknik itu ke dalam kehidupan sehari-hari, tanpa perlu mengubah apa pun. Meskipun Anda harus berkonsultasi dengan dokter sebelum memasukkan perubahan kesehatan apa pun ke gaya hidup, strategi puasa intermiten berbasis ritme sirkadian itu adalah salah satu yang harus diperhatikan dalam hal pencegahan kanker.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement