Rabu 03 Mar 2021 07:41 WIB

Varian Covid-19 Brasil Mampu Mengelak Imunitas Alami

Penyintas varian Covid-19 Brasil memungkinkan terkena reinfeksi hingga 61 persen.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Penyintas varian Covid-19 Brasil memungkinkan terkena reinfeksi hingga 61 persen.
Foto: Pixabay
Penyintas varian Covid-19 Brasil memungkinkan terkena reinfeksi hingga 61 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian SARS-CoV-2 yang dikenal sebagai P1 atau varian Brasil memiliki kemampuan untuk mengelak imunitas alami yang telah terbentuk pada penyintas Covid-19. Kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya infeksi ulang atau reinfeksi.

P1 merupakan varian SARS-CoV-2 yang ditemukan pertama kali pada Desember lalu di Manaus, Brasil. Saat ini, kasus Covid-19 yang disebabkan oleh varian P1 telah terdeteksi di sekitar 25 negara.

Baca Juga

Di Manaus, kasus Covid-19 yang disebabkan oleh varian P1 bertambah dengan pesat. Varian ini berkembang dari 0 persen menjadi 87 persen kasus hanya dalam waktu delapan pekan.

Peneliti dari Imperial College London, Oxford, dan University of Sao Paulo telah mempublikasi draft dari studi genomik dan epidemiologi pertama terhadap varian P1. Berdasarkan studi ini, varian P1 mampu mengelak dari perlindungan antibodi yang sudah tercipta secara alami pada 25-61 persen penyintas Covid-19.

Para penyintas tersebut sebelumnya terinfeksi oleh strain utama Covid-19 di kota Manaus. Oleh karena itu, mereka rentan terhadap reinfeksi oleh varian P1.

Selain itu, varian P1 diketahui lebih mudah menular. Menurut studi, varian ini 1,4-2,2 kali lebih menular dibandingkan strain SARS-CoV-2 yang normal ditemukan di cekungan Amazon. Tim peneliti yang dipimpin oleh Dr Nuno Faria dari Imperial College London ini juga mengatakan tingkat penularan varian P1 tampak mirip dengan varian di Afrika Selatan.

Di sisi lain, tim peneliti belum bisa menyimpulkan apakah varian P1 bisa "menghindar" dari imunitas alami penyintas Covid-19 yang disebabkan oleh varian lain. Di Inggris misalnya, mayoritas kasus Covid-19 disebabkan oleh varian B1.1.7 atau varian Kent. Peneliti belum mengetahui apakah varian P1 bisa menyebabkan reinfeksi pada penyintas Covid-19 yang disebabkan oleh varian Kent ini.

Terlepas dari temuan ini, Direktur COG-UK Profesor Sharon Peacock menilai kemunculan varian P1 tidak menjadi ancaman bagi program vaksinasi. Profesor Peacock masih optimistis bahwa program vaksinasi bisa memberikan perlindungan bagi penerimanya.

"Saat ini, saya tidak yakin ada ancaman terhadap strategi vaksinasi kita atau efektivitas (vaksin)," jelas Profesor Peacock, seperti dilansir Evening Standard, Rabu (3/3).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement