REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada saat pandemi, kesehatan mental tak jarang ikut terkena. Stres yang berkepanjangan memiliki konsekuensi yang bertahan lama.
"Stres dapat berdampak negatif pada tidur," kata spesialis pengobatan tidur, Lisa Medalie, PsyD, seperti dilansir di laman Healthline, Kamis (4/3).
Dia mengatakan, stres adalah pemicu kesulitan tidur. Stres mengaktifkan sistem saraf otonom yang menyebabkan pelepasan hormon seperti adrenalin dan kortisol. Hal ini yang kemudian menyebabkan detak jantung dan tekanan darah meningkat, membuat sistem berada dalam mode 'pertarungan' atau 'lari'.
Dengan kortisol yang dipompa ke seluruh tubuh, aktivitas tidur bisa sangat menantang. Saat orang kurang tidur karena stres, mereka cenderung mengalami kesulitan mengatur pikiran dan emosi keesokan harinya. Kondisi ini berkontribusi pada stres lebih lanjut.
Sayangnya, ini siklus yang sudah terlalu banyak orang terbiasa selama setahun terakhir saat pandemi Covid-19. Orang-orang harus berurusan dengan jadwal yang tidak konsisten, anak-anak yang belajar di rumah, mengalami PHK, dampak keuangan, dan waktu di depan gawai yang tinggi, juga dapat menyebabkan kurang tidur.
Medalie mengatakan banyak orang memiliki waktu harian yang kurang konsisten. "Konsistensi jadwal tidur merupakan elemen penting untuk menjaga kualitas tidur," ujarnya.
Bagi orang tua, membangun konsistensi waktu tidur mungkin sulit. Pasalnya, mereka berusaha menyelesaikan pekerjaan hingga larut malam. Saat tidak ada waktu yang ditentukan untuk menenangkan pikiran, tubuh akhirnya kehilangan panduan kapan harus tidur atau terjaga.
"Orang-orang melaporkan lebih banyak kelelahan selama pandemi. Ini mungkin terkait dengan kurang tidur, stres yang meningkat, suasana hati, penurunan olahraga, dan penurunan paparan cahaya karena lebih banyak waktu di dalam ruangan," kata Medalie.
Dia melihat semakin banyak masalah tidur selama pandemi. Penelitian menunjukkan, 58 persen orang berjuang dengan tidur dan ada peningkatan 20 persen dalam penggunaan obat tidur. Itu adalah fenomena yang dia namakan Coronasomnia.
"Orang-orang tampaknya terjebak dengan pikiran mereka berlomba tentang keuangan, sekolah daring, tantangan pekerjaan, ketakutan kesehatan, ketidakpastian, dan berjuang untuk tidur normal," jelasnya.
Jika Anda ingin meningkatkan kualitas tidur, ada beberapa tips untuk memulainya. Pertama, konsumsi makanan dan minuman yang berdampak pada kualitas tidur Anda. Misalnya, magnesium yang telah terbukti mengurangi respons stres tubuh dan meningkatkan kualitas tidur.
"Coba tambahkan sayuran berdaun gelap kaya magnesium, kacang-kacangan, biji-bijian, kacang mete, alpukat, atau cokelat hitam ke dalam makanan," kata Ketua Asosiasi Medis, Gigi, dan Farmasi Arkansas, Rhonda Mattox.
Kedua, berhenti konsumsi alkohol. Sebagian orang berpikir bahwa alkohol membantu tidur lebih nyenyak. Padahal, alkohol bisa mengganggu sebagian waktu tidur dan membuat Anda buang air kecil semalaman.
Ketiga, hentikan konsumsi kafein, terutama setelah pukul 14.00. Kafein dapat membuat kita lebih sulit untuk tertidur.
Di lain sisi, Medalie mengatakan penting untuk mengoptimalkan tidur Anda melalui perubahan kebiasaan. Kebanyakan orang dewasa membutuhkan tidur tujuh sampai delapan jam beberapa membutuhkan sedikitnya enam, atau bahkan sembilan jam.
"Cobalah bereksperimen dengan berbagai jam dalam satu pekan untuk menentukan kebutuhan tidur Anda," kata dia.