REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) mencatat keluhan dari para guru terkait vaksinasi untuk guru dan tenaga kependidikan. Kepala Bidang Advokasi Guru P2G Iman Zanatul Haeri mengatakan, banyak guru di daerah yang belum mendapatkan informasi mengenai vaksinasi guru dan tenaga kependidikan (tendik).
Laporan tersebut sementara berasal dari para guru di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur dan Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Di daerah tersebut, guru sama sekali belum divaksinasi.
"Sedangkan di Kabupaten Pandeglang, Banten, baru satu guru yang divaksinasi, tetapi kebanyakan hanya mengisi kuisioner saja," kata Iman, dalam keterangannya, Jumat (5/3).
P2G mengapresiasi pemerintah yang menetapkan guru dan tenaga pendidikan yang dijadikan salah satu prioritas vaksinasi. Namun, menurut P2G, vaksinasi guru di berbagai daerah masih terasa lamban.
Iman menegaskan, jika vaksinasi guru dan tendik berjalan lambat maka target Presiden Jokowi dan Mendikbud Nadiem Makarim tidak akan tercapai. Padahal bulan Juni tinggal sekitar 90 hari lagi karena terpotong satu bulan ramadan dan puasa berpotensi menjadi kendala vaksinasi.
Jika dihitung maka setiap hari seharusnya ada 55 ribu guru, dosen, dan tendik yang divaksinasi secara nasional. Ia mengeluhkan, masih kurangnya sosialisasi mengenai proses vaksinasi bagi guru dan tendik sampai awal Maret ini.
"Bagaimana caranya, prosesnya, lokasinya, dan tahapannya, kebanyakan guru dan tendik masih kebingungan," kata Iman.
Ketua P2G DKI Jakarta Fandi Fuji Hariansah juga mengeluhkan agak lambatnya vaksinasi guru dan tendik di Ibu Kota. Guru SMA ini, juga mengeluhkan minimnya informasi dan sosialisasi mengenai vaksinasi guru dan tendik dari Pemprov DKI Jakarta.
"Banyak guru dan tendik bertanya-tanya, karena tidak kunjung mendapatkan panggilan vaksinasi. Selain itu, banyak juga guru yang mendapati nama dan nomor KTP-nya tidak terdaftar dalam peserta vaksinasi setelah mengecek portal www.pedulilindungi.id," ujar Fandi.